Kamis, 18 Januari 2018

NAYA

            Jam tujuh pagi, Naya sampai di gerbang  SMA Tiga. Pos jaga sepi. Pak Agus Satpam SMA Tiga entah sedang kemana
            “Gas..Bagas!”teriak Naya. Bagas yang dipanggil menghentikan langkahnya.
            “Ada apa Nay ? Bentar lagi bel masuk berdentang”
            “Titip ini”Naya  menyerahkan surat izin yang sudah dimasukan ke dalam amplop kecil.
            “Naya Nabila, kita sudah kelas 12, kamu, perempuan dan aku...” hampir saja Bagas keceplosan kalau diam-diam dirinya jatuh hati pada sahabatnya tersebut
            “Iknow. Tapi Rock Star ke kota ini, jarang-jarang Gas”
            “Tapi..”
            “Mau bantu aku nggak? Kalau nggak mau ya nanti aku minta tolong sama yang lain”
            “Ok. Ok. Tapi ini terakhir kali ya?”
            “Siap bos. Makasih banyak ya!”
            “Bener ini terkahir ya!!”
            “Iyaa bawel” ujar Naya sambil menepuk pundak teman sebangkunya. Bagas pun berlalu meninggalkan Naya
            “ Bagas... !” panggil Naya lagi.Bagas menoleh. “Ada apa lagi?”
            “Nanti pulangnya mampir ke rumah ya, bilang sama Bunda, anaknya yang cantik bak bidadari ini pulang terlambat. Bilang saja ada kerja kelompok”
            “Nggak Ah, kamu saja yang telpon atau sms sendiri”
            “Pulsaku habis. Tolong ya my brother. Please “
****
            Naya sudah mengganti seragam sekolahnya dengan kostum ala anak Punk. Jaket kulit tanpa lengan, jins belel, rambutnya sudah dikasih wax sehinggi tegak ke atas. Tak lupa, Naya memakai lipstik berwarna gelap, gelang seperti anak Punk pada umumnya. Setelah memasukan seragam putih abu-abunya Naya keluar dari toilet dekat pasar Trayeman tempat dirinya dan teman-temannya janjian mendayak bersama
            Lima belas menit kemudian, teman-teman Naya bermunculan. Sebenarnya Naya sudah agak malas berpakaian ala anak Punk, menyetop pick up atau truk kemudian melompat ke atasnya demi menyaksikan grup-grup musik seperti Rock Star. Naya  juga sudah malas kucing-kucingan dengan penjaga tiket agar bisa menyaksikan  konser musik secara gratis. Naya sebernarnya sudah malas. Naya ingin seperti gadis remaja pada umumnya.
            ****

            Naya tersenyum-senyum setelah duduk manis di mobil bak terbuka. Teman-teman lainnya juga memasang wajah yang sama. Puas telah berhasil menyaksikan grup musik kesukaan mereka. Rock Star yang biasanya hanya mereka lihat di televisi-televisi kali ini bernyanyi di hadapan mereka. Di depan ribuan Fans Rock Star.
            Hari mulai terlihat gelap. Senyum Naya mendadak hilang. Ia mulai tersadar pagi tadi dirinya membohongi bunda  yang entah sudah berapa kali. Dan kali ini, bagi Naya paling fatal.  Karena tempat manggung Rock Star kali ini jauh dari sekolahnya. Selain membohongi bundanya, baru kali ini dirinya bolos sekolah. Biasanya Naya tetap masuk sekolah karena jarak gor tempat konser tidak terlalu jauh dari sekolahnya. Jadi dirinya hanya perlu mencarai alasan atau berbohong lewat telpon atau sms dirinya pulang telat sedang kerja kelompok padahal sedang nonton konser.
Naya makin murung. Saat berangkat muka bundanya pasi mungkin karena sedang tak enak badan.
            “Nay, Naya...! sudah di gerbang desa Harjosari. “
“Turun oi! “ Ujar Hendrik salah satu teman Naya.  Gadis yang sebenarnya manis dan cantik itu bergeming.
            “Nayaaa Nabilaaa....turun oi”teriak seseorang lagi. Naya terkesiap
“Turuuuun ...! 
            Karena kaget, reflek  Naya turun dari Pick Up tanpa menoleh kekiri maupun ke kanan. Dan Duarrrr. Sebuah mobil berkecepatan tinggi menghantam tubuh Naya
“Bundaaa...”teriak Naya sebelum akhirnya tak sadarkan diri. Semua mendadak gelap.Pekat
***
            “Prank...” piring berisi omlet yang dibuat dengan sepenuh hati oleh Bunda di lempar Naya hingga berkeping. Tak hanya piring, kamar bercat dan berlantai putih itu seperti kapal pecah. Vas bunga, bingkai foto, diary, berserakan dimana-mana.
            Dua hari setelah pulang dari rumah sakit, Naya belum bisa menerima dirinya tak punya kaki. Gara-gara Rock Star sialan itu, mimpinya semua kandas. Dengan kaki satu tak mungkin dirinya bisa menjadi polwan. Dengan kaki satu ia hanya akan menjadi beban Bunda, beban Bagas sahabatnya yang diam-diam menempati ruang istimewa di hatinya.
            Setelah bapaknya meninggal karena sakit, Bunda harus bekerja keras demi dirinya. Bunda punya usaha katering dari mulai nol tanpa karyawan hingga sekarang memperkerjakan 4 karyawan.
Epilog
            Jam tujuh pagi. Becak yang mengantar Naya sampai di SMU Tiga. Dengan kruk Naya melangkah menuju kelasnya.Kalau saja waktu itu bundanya datang terlambat ia mungkin sudah tak bisa menjumpai sekolah yang ia idam-idamkan sejak masih SMP.  Hampir sebulan Naya menutup diri karena merasa bersalah, merasa tak berguna lagi. Tapi berkat kehadiran dan semangat dari guru-guru, teman-temannya terutama Bagas dan tentu saja dorongan bundanya Naya berjanji akan berusaha sekuat tenaga menggapai cita-citanya untuk sekolah setinggi mungkin.
            “Nay...”teriak Bagas.

            Naya menoleh dan tersenyum. Manis sekali
NB. Cerpen ini dimuat di koran Minggu Pagi, Yogyakarta.

3 komentar:

  1. selamat mas. ceritanya saya suka. endingnya... uh, sepertinya ada kaliamat untuk menyelesaikannya. hehe.

    BalasHapus

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna