6 hari setelah AAC2 tayang di bioskop, tiba tiba jadi perbincangan. Muasalnya karena seseorang mereview Film besutan Guntur Suharyanto ini seolah gagal total. Review itu menuai pro dan kontra. Saya yang kebetulan sudah baca novel dan menonton filmnya ketika mencoba berkomentar, ada yang menyebut saya Fans Kang Abik. Benarkah?
Jujur, diantara buku buku Kang Abik yang banyak itu, buku Kang Abik yang saya suka adalah Ketika Cinta Berbuah Surga, Pudarnya Pesona Cleopatra. Mengapa? menurut saya dua buku di atas beda dengan novel novel Kang Abik yang kebanyakan Fahri banget.
Kembali ke AAC2, saya dapat novel AAC2 awal 2016 tapi kelar baca 2 minggu sebelum filmnya rilis ( Des 2017 ) saya semangat mengkatamkan novel tsb setelah dapat bocoran kalau Sabina itu ternyata Aisha dari Abdi Siregar
Jujur lagi, film AAC2 sebenarnya bukan daftar film yang ingin saya tonton alasannya, film ini produsernya raksasa jadi meski saya ndak nonton, insting saya bakalan tembus minimal 1 juta penonton. Tambahan lagi, keuangan saya prioritasnya buat ikut upgrading Flp jateng. Sayangnya ketika menjelang upgrading, hape saya rusak dan hal lain sehingga saya tak bisa datang ke Magelang, uang untuk upgrading pun akhirnya buat bea service HP, tapi ternyata hape saya tak bisa diperbaiki karena baterainya hanya ada di pabrikan. Rrgttihh
Singkat kata, akhirnya memutuskan nonton AAC2, selasa 26 Des kemarin. Eh adapun kalau saya sering woro woro film AAC2 karena ini film dengan konten bagus bukan film horor, komedi yang gaje yang sempat ngetren beberapa tahun silam
Jujur lagi, pas nonton tokoh Halusi ( Panji ) ngomong pakai bahasa indonesia sempat kaget ( asli bukan niru mba Tepy ) tapi kemudian saya berpikir, syukurlah kalau saya lihat AAC2 dalam bahasa Inggris semua, mending nonton Jumanji kan? nonton sambil melototi runing teks ( maklum inggris ku ancur )
AAC2 lebih hidup dan bikin bioskop ramai cekikikan karena adanya Halusi dan Misbah ( Ari Untung )
Beberapa karakter yang di novel mendominasi justeru di film tidak ada ( atau nanti muncul pas AAC3 ya? ) seperti Yasmin, Syech Usmaini, atau Prof Charlote ( Dian Nitami ) yang cuma nongol sekelebat, saya juga menyayangkan kenapa ketika Halusi hendak menikahi Sabina tidak ada di film, atau rumah Fahri yang di novel digambarkan misah misah di film terlihatnya cuma satu apartemen mewah .
Btw, AAC2 sudah meringsek ke 2.387.023 penonton. Saya pribadi ketika menonton film yang dirasa ndak ada bagus bagusnya mending pulang sebelum film selesai daripada sudah buang buang uang buang buang waktu pula ( tapi saya lho, entah reviewer lain )
Terkahir, saya mengutip kata Fedi Nuril, Dewi Sandra di sebuah tabloid " kritik sepedas apapun saya terima selama pengkritik itu menonton filmnya bukan marah marah, nyinyir berbekal review orang lain )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar