Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Saat
itu atas kesepakatan bersama, komunitas kepenulisan dimana aku bernaung, kompak
mengadakan pertemuan rutin setiap kamis sore di alun-alun kota. Berhubung aku
yang datang lebih dahulu, aku berhak memilih tempat sesuai keinginan. Entah
mengapa, tiba-tiba saja terlintas di benak betapa serunya berdiskusi tentang
cerpen, puisi, esai, dan lainnya dengan suguhan bajigur atau jahe susu spesial.
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
“
Assalamualaikum” ucapku sebelum memasuki kedai sederhana, menghadap air mancur
di tengah alun-alun. Kedai-kedai sederhana tersebut bermunculan ketika sore
mulai menampakan diri
“Walaikum
salam” jawabmu, sambil meletakan buku yang tengah kau baca
“Jahe
susunya sudah ada mas?” tanyaku kemudian
“Ada,
monggo pinarak Mba” jawabmu santun
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Aku
tak bisa menyembunyikan kegembiraan demi mendapati buku-buku karya penulis yang
aku idolakan ada di meja kecil, tempat pengunjung menikmati jahe susu atau bajigur.
“Wow...
panjenengan pembaca karya-karya HTR ya” kataku dengan mata yang mungkin
berkaca-kaca mendapati buku berjudul Bukavu, Ketika Mas Gagah Pergi dan Lelaki
Kabut dan Boneka
“Iya
mbak. Menurut saya, karya-karya HTR tidak hanya bagus tetapi juga menggerakan
pembaca untuk segera berbuat baik. Adik saya yang sekarang kelas tiga SMA malah
mengenakan jilbab setelah baca Ketika Mas Gagah Pergi. Mba suka karya HTR juga
to?” tanyamu kemudian. Aku menjawab dengan anggukan kepala.
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Mata
Ketiga Cinta karya HTR yang berisi puisi-puisi terbaik sastrawati kelahiran
Medan tersebut menenggelamkan kami dalam obrolan hangat dan panjang. Aku yang seharusnya senang saat tiba-tiba
Tia, Eri, Sinta, Nening datang, mendadak merutuki dalam hati kedatangan mereka
berempat
Setelah
menghantarkan jahe susu untuk Tia dan lain-lain, kamu kembali tenggelam dengan
buku yang tengah kau baca. Dalam intaianku, tak lupa kau menandai halaman yang
tengah kau baca dengan melipat kertas sebelum akhirnya melayani pembeli yang
mulai berdatangan ke kedaimu
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Aku
pikir setelah hampir menginjak
usia tiga puluh, pada bulan lalu ini rasanya seorang Kirana tak akan terserang virus merah jambu. Virus yang seharusnya datang saat usia
belasan. Tapi bukankah cinta itu
anugerah? Mungkin baru sekarang anugerah itu datang
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
“Mas
Danu, saya sedang menulis cerpen. Biar lebih nendang, boleh nggak bertanya pada
panjenengan , ya itung-itung riset
kecil-kecilan lah” tanyaku, masih di suatu senja di hari yang berbeda
“Boleh,
Mba Rana mau tanya apa?”jawabmu. Angin sore sejuk menyapa.
“Menurut
Mas Danu, aneh tidak kalau ada pasangan, tetapi usia perempuannya jauh lebih
matang”tanyaku hati-hati, takut terlihat mengada-ada
“Oalah..
itu toh pertanyaannya? Mba Rana pasti tahu dong usia Rasulallah dan Siti
Khadijah saat menikah”
“25
usia kanjeng nabi dan 40 usia Khadijah”
“Nah
itu Mba tahu. Mereka harmonis kan?” tanyamu, aku menganggukan kepala
“Yang
pentingkan kedua pihak tahu persis perannya sebagai suami isteri”
“Begitu
to Mas”
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Cintaku
untukmu makin meninggi, menggunung saat kau bertutur suatu hari, kau rela
meninggalkan bangku kuliah demi membiayai sekolah Fatimah dan Sekar Adikmu
setelah ayah kalian tutup usia. Bagiku kau tak sekedar berwajah indah, pasti
beruntung gadis yang kelak menjadi permaisurimu
“Mas
Danu boleh nanya lagi nggak?” tanyaku di kesempatan lain
“Pasti
untuk kepentingan cerita ya Mba:
“Yah
begitulah” kataku tak jujur
“Mau
nanya apalagi Mba Rana”
“Etis
nggak sih, kalau perempuan lebih dahulu menyatakan perasaannya terhadap
seseorang” tanyaku dengan intonasi setenang mungkin. Sebelum menjawab, kulihat
senyummu terkembang
“Sependek
pengetahuan saya, selain Khadijah, putri rasulullah Fatimah juga lebih
dahulu mengungkapkan keinginannya
menikah dengan Ali bin Abi Thalib
“Jadi
sah-sah saja ya kalau perempuan nembak duluan, maksud saya meminta dinikahi
seorang laki-laki”tanyaku memastikan.Kau menjawab dengan anggukan kepala
berkali-kali
“Mba
Rana, kalau cerpen atau novelnya jadi, boleh dong ikut baca” katamu sebelum aku
menyetater matic , dan menjauh dari kedaimu
“Sip
Mas. Assalamualaikum”kataku setengah berteriak
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Setelah
berhari-hari berlatih di depan cermin, aku membulatkan tekad agar hari ini,
senja ini, engkau tahu bahwa namamu telah menempati bilik paling istimewa di
hati. Bilik yang selama ini terbiar kosong. Harapku kau menyambut perasaanku
dengan rasa yang serupa. Inginku beberapa bulan setelah hari ini, kita menjadi
raja dan ratu sehari. Harapku...
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Tapi
harapanku hancur berkeping di bentur godam yang maha besar. Sesampainya di
kedaimu, kau tengah duduk rapat dengan perempuan cantik yang kemudian kau
kenalkan padaku sebagai isterimu.
“Dek ini lho, Mbak Kirana yang
sering Abang ceritakan. Yang suka nulis, yang suka buku-buku HTR, yang wajahnya
mirip sekali dengan mendiang Fatimah” katamu, diikuti uluran tangan dari
Cempaka.
“Tahu
nggak Mba Rana, Cempaka ini, kemarin menangis terharu saat hari lahirnya Saya
hadiahi puisi yang tak kutip dari buku Mata Ketiga Cinta”lanjutmu
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja. Ternyata kau menatapku karena cinta seorang kakak pada adiknya yang
telah tiada
Sekuat
tenaga ku tahan agar bulir-bulir kristal tak luruh, jatuh di depan kalian.
Setelah berpamitan, dan melaju bersama matic kesayangan barulah tangisku benar-benar pecah
Keteterangan, HTR akronim dari Helvy Tiana Rosa,
Sastrawati angkatan 2000 pendiri komunitas kepenulisan bernama Forum
Lingkar Pena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar