Bukan
Review, Tetap Saja Kusebut ( Dia ) Cinta
Judul Buku : Tetap saja kusebut (dia ) cinta
Penulis
: Tasaro GK
Penerbit
: Qanita, Mizan, 2013-09-15
Harga
Buku : 69.000
Prolog
Tahun 2006-an saat saya mulai
belajar menulis di FLP Tegal, buku yang pertama saya beli di toko buku adalah
novel berjudul Wandu, berhentilah jadi pengecut. Karena terkesan, saya pun
meminjamkan novel tersebut kepada dua
motivator menulis saya di Flp Tegal yakni mba Sinta Yudisia ( ketua Flp Tegal
kala itu ) dan Gilang Satria Perdana (
meski masih SMP, cerpen dan tulisannya telah menghiasi koran Radar Tegal dan
majalah Kandela ). Kami bertiga kompak menyukai detail Tasaro dalam menciptakan
karakter, alur dan setting. Lucunya kami juga tak suka ending novel pemenang
lomba tingkat nasional yang diselenggarakan Flp Pusat ini, karena endingnya
terlalu mengambang.
Setelah Wandu, buku Tasaro lain
yang mempunya kesan mendalam bagi saya adalah, buku diary pernikahannya yang
berjudul Ilove you honey, ini wajah cintaku. Membaca buku ini, membuat semangat
menulis saya yang hampir padam menyala kembali. Maklum di buku ini Tasaro
menulis juga proses kreatif dia saat menulis novel pertamanya, Wandu. Ternyata novel Wandu di ketik pakai komputer
kantor, terkadang di rental komputer, tak jarang juga ditulis terlebih dahulu
di sembarang kertas.
Dan bagi saya pribadi, master
piece penulis novel Muhamad, Nibiru dan Sewindu
tak lain dan tak bukan Galaksi Kinanthi. Mungkin karena Tasaro berhasil
membangun seting akhir tahun 80-an (
Sandiwara Saur Sepuh, Radio Transistor, berburu kepiting/yu-yu, mencari
ubur-ubur ). Mungkin juga karena
keberhasilan Tasaro dalam menjaga alur dan konflik dari awal hingga akhir (
meski saya tak begitu suka juga dengan endingnya )
Bukan Review
Namanya
juga bukan review, maka baru kali ini saya mengulas sedikit tentang buku TSKDC.
Buku terbitan Qanita, Mizan ini berisi 9 tulisan yang menurut saya beruntung
bisa karena membacanya . Ada Puisi
dan Kagem Ibuk yang berhasil membuat
mata saya memanas, berkaca-kaca. Puisi, mengisahkan tentang Aryati yang
memendam cintanya selama 50 tahun. Kagem Ibuk, mengisahakan ketegaran,
kebersahajaan, kekuatan Ibunda sang penulis. Sebenarnya tulisan ini, pernah
saya baca di antologi Tribute to Mom. Tapi di TSKDC ditulis ulang dengan lebih
indah, sempurna. Bedanya lagi, kalau di tribute to mom, si ibuk masih ada, di
TSKDC si ibuk telah tiada.
Berikutnya tulisan bertajuk Atarih. Meski tak tersurat, saya tahu
persis siapa Atarih yang yang dimaksud dalam buku ini. Saat nama Atarih
mengemuka, dihujat karena bersiteru dengan seorang blogger, justeru Tasaro
tengah bersama Atarih, mengisi pelatihan kepenulisan ke pelajar di Singapura.
Membaca tulisan ini, saya mendapat nasihat , motivasi untuk terus belajar,
berkembang.
Ada banyak kisah bagus lainnya.
Sayangnya, Tasaro menyertakan tulisan berjudul Bukan Malaikat Rehat. Di tulisan
ini, menurut saya nggak Tasaro banget, karena betaburan istilah seperti akhi,
antum, tarbiyah, ukhti, liqa dll. Its Ok lah kalau yang menulis penuls lain.
Kalau Tasaro? Saya tebak mungkin tulisan ini dibuat saat buku kumcer dan novel semacam
ini i laris seperti kacang goreng.
Tuhan Nggak Pernah Iseng, saya
tahu persis ini ditulis ulang dari novel Wandu,
ada juga tulisan berjudul Galeri dan Tetap Saja Kusebut dia Cinta yang
membuat mata saya memanas, terharu.
Membaca buku ini saya memetik
pelajaran, siapa bilang kumpulan cerita tak dilirik penerbit mayor? Asal kita
sudah punya brand dan tentu saja bisa menulis dengan bagus dan baik, tidak ada yang tidak mungkin. Maka
menulislah, tak ada sia-sia dengan apa kita tulis hari ini.
Nilai plus lain buku ini,
kertasnya luks, berwarna, dihiasi lukisan-lukisan karya Dedha Gora Hadiwidjaya.
Selamat Membaca.
NB, tak sengaja
membuka buku Keiklasan Cinta Diana, ( Diana Roswita Dkk ) ternyata Tasaro milad
bulan september. Ini Sekalian hadiah kecil, meski terlambat, semoga berkenan )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar