Senin, 09 September 2013

Bahagia Karena Memberi



Laras berlari kecil. Bibir mungilnya bersenandung, sementara tangan kanannya memegang erat uang di saku, agar uang  tersebu tak terjatuh. Rambutnya yang hitam, lurus, sebahu dikucir dua, bergoyang-goyang ke atas, ke bawah seperti burung merpati sedang mematuk biji- bijian.
          Pagi ini , Seharusnya Laras akan ke toko buku yang ada di komplek  Ruko Slawi Indah bersama bundanya. Tetapi batal karena lima belas menit sebelum berangkat, bundanya yang bekerja sebagai bidan desa harus membantu persalinan Bu Ratna. Mau tak mau Laras sendirian menuju toko buku yang letaknya tak jauh dari rumah dan bisa ditempuh selama 15 menit dengan berjalan kaki.
Lari kecil Laras terhenti ketika mendapati seorang anak kecil, terdunduk lesu di pojokan sebuah toko kelontong. Matanya sembab karena habis menangis.
   Laras sebenarnya malas menghampiri. Selain takut keburu siang, anak kecil yang habis menangis adalah adik Santo teman sekelasnya. Laras tak suka dengan Santo, karena semester ini peringkat satu di kelas jatuh kepada anak penjual kue basah di depan kantin sekolah padahal sejak kelas satu hingga sekarang kelas lima tak ada bisa merebut posisinya sebagai bintang kelas. Ohya Santo dan Sinta adalah murid baru di sekolah Laras.
"Sinta kenapa? Kok nangis?" tegur Laras kemudian.
"Kak Laras?"ujar Sinta dengan nada memastikan. Laras menganggukan kepala berkali- kali
"Ada apa Sin" tanya Laras lagi
"Engg..Anu kak, tadi Sinta di suruh Ibu beli beras sekilo. Tapi berhubung warung Bu Ratna tutup, Sinta langsung kesini. Tapi...begitu mau membayar beras yang sudah dibungkuskan, uang Sinta ternyata enggak ada. Uang Sinta hilang Kak" tangis Sinta kembali pecah. Laras mengelus- elus pundak Sinta agar tangisnya mereda.
"Sinta sudah usaha mencari?"
"Sudah Kak. Sinta sudah bolak- balik, tapi uangnya enggak ketemu juga"
Setelah berpikir, berhitung Laras berkata "Kebetulah Kakak punya uang lebih, sepuluh ribu rupiah, pakailah. Jangan nangis lagi ya"bujuk Laras
"Terimakasih Kak" ucap Sinta dengan mata berkaca- kaca
          Toko Media Imu nampak ramai. Area parkir yang letaknya persis di halaman toko, di padati oleh motor dan sepeda para pengunjung. Setelah berbasa- basi dengan pramuniaga, Laras bergegas menuju lantai dua tempat dimana buku, novel, dan majalah khusus untuk anak di pajang. Mata gadis kecil yang duduk di kelas lima SD itu menyapu segala sudut ruangan lantai dua dan berharap buku cerita yang minggu kemarin ia baca resensinya di majalah anak- anak itu ada.
"Yes" seru Laras begitu melihat buku berjudul Gadis Korek Api dengan sampul berwarna cokelat terpajang indah di rak bertuliskan Bestseller. Tentu saja hal ini membuat Laras menjadi pusat perhatian pengunjung lain yang sebagian besar seumuran dengannya.
Setelah mengambil buku karangan HC Andersen itu, Laras dengan riang menuju meja kasir.
"Berapa saya harus bayar Mba" tanya Laras.
"Empat puluh ribu, lima ratus Dek" jawab pramuniaga
Laras merogoh saku bajunya. Betapa terkejutnya Laras karena yang tersisa di kantong bajunya justeru uang sepuluh ribuan. Rupanya Laras salah kasih. Uang yang seharusnya untuk membeli buku telah ia berikan ke Sinta.
"Mba, saya minta maaf. Karena terburu- buru, saya lupa membawa uang. Kalau besok saya kesini lagi bagaimana mba? Soalnya saya pengin sekali punya buku Gadis Korek Api" ujar Laras tak enak hati.
 “Iya Dek. Insyaallah” jawab Pramuniaga. Untungnya pramuniaga sudah mengenal wajah Laras sehingga tidak marah meski dirinya tak jadi membeli.
Dengan langkah tergesa Laras meninggalkan toko buku. Ketika sampai di toko kelontong, langkah Laras di hentikan oleh panggilan anak kecil. Rupanya Sinta bersama kakaknya Santo sudah menunggunya."Mungkin mereka hendak mengembalikan uang" kata Laras dalam hati
"Kak Laras makasih atas kebaikannya ya. Karena berkat Kakak,  kami bisa beli beras dan obat demam buat ibu. Bahkan lebihnya bisa buat beli buku tulis Kak Santo yang kebetulan habis. Ya kan Kak?" ujar Sinta
Ternyata Bu Rahmi sedang sakit, pantas saja beberapa hari terakhir tak berjualan, padahal aku lagi suka sekali kue pisang molen buatan ibunya Santo ini. Ujar laras dalam hati
"Makasih ya Ras. Semoga Allah membalas kebaikanmu hari ini pada kami" Ujar Santo tulus
“Amiin.” Jawab Laras. Mendengar uang tersebut sudah terpakai,  Laras sejujurnya kecewa tapi demi melihat  kedua kakak adik itu terlihat bahagia dan berbinar-binar, kekecewaaan itu menguap entah kemana. Laras  mengurungkan niatnya meminta kembali uang pemberiannya. Dalam hati, Laras membenarkan kata- kata bundanya, sebelum dirinya menuju toko buku “Menerima itu, menyenangkan tetapi memberi lebih membahagiakan. Sabda Rasulullah Muhamad Saw, Tangan di atas Lebih Baik Daripada Tangan di Bawah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna