Di kalangan anak muda sekarang
banyak yang ingin menjadi penulis besar dan terkenal. Sayangnya, sangat sedikit
yang mau mewujudkan cita-citanya menjadi penulis dengan proses dari awal/bawah.
Karena ingin cepat-cepat terkenal, beberapa bahkan melakukan tindakan plagiasi
atau mengakui karya/tulisah orang lain sebagi karya-nya sendiri
Masih
segar dalam ingatan, beberapa waktu lalu lini masa sempat heboh
memperbincangkan remaja putri asal Banyuwangi
bernama asli Asa Firda Inayah atau lebih beken dengan Afi Nihaya. Selain
tulisannya yang mengundang pro dan kontra, Afi disinyalir memplagiat tulisan
seorang netizen.
Terlepas
Afi Nihaya melakukan tindakan plagiasi
atau tidak, ada baiknya kalau kita bercita-cita menjadi penulis mengintip
proses kreatif penulis besar
seperti JK Rowling ( Harry Potter ),
Enid Blyton ( Lima Sekawan ), Joni Ariadinata ( Sastrawan )
JK
Rowling sebelum mashur dan terkenal
seperti sekarang ini, sejak kecil sudah mulai menulis cerita anak. Saat kuliah,
beliau hobi membacakan cerita-cerita dari buku yang dibacanya kepada anak-anak
di lingkungan sekitarnya.
Tahun
1993 JK Rowling mendapatkan ide untuk menulis cerita tentang dunia sihir. Dan
baru tahun 1995 setelah mendapatkan penolakan dari beberapa penerbit, akhirnya
Harry Potter bisa terbit dalam wujud buku. Tahukah Anda? Baru sekitar tahun
1997 JK Rowling mendapatkan royalti atas buku pertama yang ditulisnya
Meski
belum mendapatkan banyak penghasilan dari bukunya, JK Rowling tetap berkeyakinan
kelak bukunya akan dicintai banyak pembaca, terutama anak-anak
Berangkat
dari sinilah, JK Rowling tetap membuat sekuel Harry Potter. Dan keyakinan JK
Rowling berbuah manis. Dari mulai buku kedua hingga ke tujuh, seri Harry Poter
selalu digemari. Konon, sebelum seri terakhirnya terbit, Harry Potter terjual
270 juta eks di seluruh dunia. Setiap seri Harry Potter dirilis, selalu ada antrian panjang di
toko-toko buku. Bahkan tak sedikit yang membuat tenda penginapan di depan toko
buku agar tak terlewat seri terbaru Harry Potter
JK
Rowling yang dulunya sering menangis karena tak bisa memenuhi permintaan anak
semata wayangnya, kini jadi penulis terkaya dari royalti buku dan film Harry
Potter yang selalu sukses di pasaran
Masih
ingat seri Lima Sekawan? Pengarangnya adalah Enid Blyton. Enid selain
menulis seri Lima Sekawan, ternyata
beliau telah menulis 700 novel. Wow..
Sama
seperti JK Rowling, Enid kecil juga suka
membaca dan menulis cerita. Pada umur 14 tahun, Enid sudah mulai mengirim puisi
dan cerita ke majalah hingga seratus lebih puisi dan cerita. Tapi kesemuanya
ditolak alias gagal total
Meski
begitu, Enid tak patah semangat. Ia terus mengasah kemampuan menulisnya
meskipun mendapat pertentangan dari kedua orang tuanya yang menginginkan Enid
menjadi musisi. Enid pernah terpuruk ketika ayahnya yang sangat ia cintai
meninggalkan rumah demi perempuan lain
Enid
sempat menjadi guru di sebuah Taman Kanak-kanak sembari menyelesaikan
kuliahnya. Mungkin karena sering berinteraksi dengan anak-anak di sekelilingnya,
ide-ide menulis Enid selalu bermunculan. Bagi Enid, Anak-anak
adalah laboratarium cerita
Joni
Ariadinata, lahir di Yogyakarta.
Namanya di kenal sebagai
cerpenis, penyair dan sastrawan yang cukup disegani. Mantan redaktur majalah
sastra Horizon ini, sekarang menjadi redaktur sastra sebuah penerbit dan media
online yang cukup terkenal dari Yogyakarta
Diawal
karir kepenulisannya, Bang Joni, demikian biasa beliau dipanggil pernah menulis
dan mengirimkan cerpen tak main-main 500 cerpen. Tapi 500 cerpen yang ia tulis
dan kirimkan itu, kesemuanya ditolak.
Andai saja kala itu Bang Joni menyerah, mungkin kita tak mengenal
penulis cerpen Lampor ini. Untungnya, Bang Joni kekeuh menulis dan mengirim cerpen lagi. Dan baru ke
501 cerpenlah, cerpennya dimuat di sebuah harian nasional. Hebatnya, cerpen
berjudl Lampor itu, menjadi cerpen terbaik versi harian nasional tahun 1994
Tentu
masih banyak kisah heroik para tokoh/penulis bisa kita jadikan cermin jika
ingin menjadi penulis. Sebagai penutup, untuk menjadi penulis besar memerlukan
proses yang panjang dan tidak semudah membalikan telalpak tangan. Dan perlu
konsistensi.
PENULIS ; SUTONO ADIWERNA, Penulis, Ketua
Flp Tegal, Guru Eskul Menulis, Loper
Koran tinggal di Kabupaten Tegal
selamat ya mas, tulisannya dimuat lagi di media cetak
BalasHapusbenar banyak yg bercita2 menjadi penulis besar tapi enggan memulai dari nol dan bekerja keras untuk ke situ
saya tahu bang joni waktu blio mengisi kolom di annida versi cetak jamannya saya masih es em pe, tulisan tipsnya bang joni selalu saya tunggu2
di annida namanya galerry. ada bukunya juga. aku bisa nulis cerpen
BalasHapusKeren Mas, ini di koran tegal? Apalagi bersanding dengan AS Laksana
BalasHapusTerimakasih mas Ali..iya ini Radar Tegal. Kadang Radar memuat tulisan/opini yang pernah dimuat di Jawa Post dan gurpnya
BalasHapus