Bagaimana Menjadi Penulis?
Jika ada yang bertanya bagaimana
caranya biar bisa menjadi penulis? Ijinkan saya bercerita. Sebelum saya
menulis 3 buku solo, 20 buku bersama
penulis lain, 50-an tulisan di berbagai media massa ( termasuk Radar Tegal ),
saya kecil suka sekali membaca. Membaca apa saja. Buku cerita, majalah, buku
pelajaran hingga koran bekas bungkus nasi atau gorengan. Kadang pinjam di
tetangga yang langganan majalah, pinjam di perpustakaan sekolah kalau punya
sedikit uang, saya membeli buku, koran atau majalah bekas
Di SMP, ketika majalah MOP (
Media Pelajar ) majalah remaja yang paling laris di Jawa Tengah masih ada, saya
mulai mengirim puisi, cerita lucu, opini remaja hingga kolom sahabat pena. Sstt
jangan bilang-bilang ya semua tulisan yang saya kirim tak satupun dimuat.
Padahal, saya sudah memutar otak mencari ide, membeli amplop berikut
pranko-nya. Tapi mungkin karena menulis adalah bagi saya menyenangkan saya tak
kapok apalagi putus asa. Dari ngirim tulisan ke MOP, saya beralih mengirim
surat ke sahabat-sahabat yang nama dan alamatnya tertera di sana. Beberapa ada
yang sekedar dibalas, ada yang tak tahu rimbanya ada juga yang menjadi sahabat
pena hingga bertahun-tahun lamanya. Saya juga sering mencurahkan perasaan baik senang,
sedih, susah ke buku harian dan itu biasanya belum ganti tahun saya harus beli
baru karena isinya penuh
Saat SMA, saya libur mengirim
tulisan ke majalah remaja sebagai gantinya banyak membaca majalah remaja yang
lagi-lagi saya beli di lapak majalah bekas kalaupun baru biasanya kalau sedang
punya uang lebih. Saya juga mulai keranjingan acara – acara musik di radio.
Suatu hari saya iseng ikut lomba menulis atau tepatnya kuis tentang kritik
untuk musik Indonesia yang diadakan sebuah radio swasta di Tegal. Dan tak
disangka-sangka tulisan saya dibaca penyiar idola saya karena menang lomba
tersebut. Hadiahnya, sebuah kaset musik
Lulus SMA, sempat berhenti
menulis karena mulai masuk kerja. Sayangnya, pada tahun kedua tempat kerja saya gulung tikar. Mau tak mau
saya kembali mencari lowongan pekerjaan. Karena tak punya cukup uang untuk
rutin beli koran baru, saya rajin berkunjung ke perpustakaan daerah. Baik kota maupun kabupaten dari sinilah saya mulai
lebih banyak membaca buku. Novel, cerpen, motivasi, agama, buku anak saya baca,
saya lahap. Dari sini pulalah saya mulai bermimpi menjadi seorang penulis
Saya mulai menulis cerpen dan
mengirim ke majalah-majalah remaja. Tapi tak satupun yang dimuat. Padahal saya
sudah berkorban tenaga, pikiran, uang yang tidak tidak sedikit untuk beli prangko, rental
komputer dan lainnya.
Allah Maha Baik, saat saya
menyerah untuk bermimpi menjadi penulis karena banyak keterbatasan, saya
menemukan majalah yang memuat cerpen dan alamat penulisnya dari Tegal. Singkat
kata, saya bertemu Mba Sinta Yudisia ( sekarang ketua umum FLP ( forum lingkar
pena ) pusat dan saya diajak bergabung dengan FLP cabang Tegal. Bakat menulis
saya di forum ini mulai terasah karena bertemu teman-teman yang satu cita-cita
ditambah lagi FLP sering mengadakan agenda bakar sate ( bahas karya sambil
telaah ), mengundang penulis lokal maupun nasional untuk sharing ilmu dan
agenda lainnya
Menurut Helvy Tiana Rosa (
sastrawan, pendiri FLP ) untuk menjadi penulis yang paling dibutuhkan adalah
tekad yang kuat, banyak membaca dan terus menulis
Kalau menurut Bambang Trim (
penulis dan kreator buku ), tips berlatih menulis dengan menulis buku harian,
mendengarkan tausiah kemudian menulis ulang isi cermahnya, berkirim surat,
banyak membaca atau mendengarkan kisah Nabi Muhammad Saw.
Sebagai penutup, bagaimana
menjadi penulis? Harus banyak membaca, terus menulis dan mengirimkannya jangan
menyerah kalau mengalami penolakan karena kata Putu Wijaya, Menulis adalah
Bejuang. Jadi, selamat berjuang. Eh selamat menulis untuk mengikat ilmu
Penulis adalah Ketua FLP Tegal, Penulis,
Loper Koran, Guru Eskul Jurnalis tinggal di Kab Tegal
mantap mas. bisa jadi penyemangat untuk yang mau jadi penulis.
BalasHapusamiin..semoga
BalasHapus