Jumat, 14 Oktober 2016

Kisah Bersama FLP Tegal

Perjumpaan

Minggu di siang yang terik menyengat. Setelah mengayuh sepeda ontel satu jam lamanya, akhirnya saya sampai di rumah seorang penulis. Penulis yang alamatnya saya dapatkan dari majalah Annida itu bernama Sinta Yudisia. Cerpennya yang berjudul Gadis Kota Jerush menjadi pemenang lomba menulis cerpen yang diadakan majalah remaja islami tersebut.

Aku bersyukur Mba Sinta dan Mas Agus, suaminya menyambut kedatanganku. Setelah berpamitan, Mba Sinta memberi brosur info lomba menulis cerpen remaja yang diselenggarakan Forum Lingkar Pena cabang Tegal.

Siang yang terik itu adalah awal mula perjalanan mimpi saya untuk menjadi seorang penulis. Ohya tahun 2006 itu,saya adalah karyawan toko besi yang terkadang angkut material seperti pasir, batu dan semen. Sore harinya saya menjadi loper atau penghantar koran sore terbitan kota Semarang.

Spirit

Beberapa minggu kemudian, saya datang ke acara pengumuman lomba cerpen dan talk show Berani Menjadi Penulis dengan pemateri Boim Lebon dan Ali Muakhir. Dari acara itu, meskipun cerpen saya tak menang, saya bersyukur selain dapat ilmu juga bisa bergabung menjadi anggota FLP Tegal.

Sebulan sakali, di hari minggu jika ada pertemuan rutin FLP, aku berusaha datang. Kegiatan lain biasanya saya tunda, kecuali kalau kegiatan lain itu amat sangat penting.

Awal bergabung sebenarnya minder karena sebagian besar anggota FLP Tegal pintar-pintar. Asal tahu saja, selain nol besar dalam menulis, leadership saya payah. Tak hanya itu, jangankan komputer, mengetik di HP saja waktu itu saya belum pernah. Belum lagi sebagian besar bawa motor, saya naik sepeda. Kuno pula

Tapi semangat untuk menjadi penulis demikian membaja . Selain datang ke pertemuan rutin, saya mulai banyak membaca buku lagi dengan sering berkunjung ke perpustakaan daerah. Saya juga mulai kursus komputer dari awal banget, mengetik 10 jari buta.

Allah memberi jalan lapang buat umatnya yang terus berusaha. Cerpen yang saya buat yang awalnya kata Mba Sinta mentah, kaku dan tidak mengalir, setengah tahun kemudian menurut beliau cerpen saya mulai mengalir dan enak di baca. Tahun ini, tulisan saya yang sehalaman kartu pos di muat di Majalah Annida lho. Alhamdulillah

Gamang

Seperti itik yang kehilangan induknya. Mungkin itu gambaran yang pas buat saya dan teman-teman FLP Tegal kala itu. Kami yang sedang asyik-asyik belajar menulis cerpen, puisi berita dari FLP Tegal, tiba-tiba harus di tinggal Mba Sinta yang harus ikut suaminya yang dipindah tugaskan ke Surabaya

Pada waktu itu, memang Mba Sinta lah yang berjuang keras sendiri. Kami para anggota hanya tinggal datang saja jika ada acara. Pembicara, konsumsi, acara semua di pegang Mba Sinta. Dampaknya, FLP Tegal terpaksa tak bergerak setelah ditinggal Mba Sinta.

Semangat ingin menjadi penulis tak juga padam. Saya belajar menulis dari mana saja. Kemana saja. Saya rutin membaca majalah Annida dan Horison. Karena dua majalah itu banyak cerpennya dan ada rubrik konsultasi tentang menulisnya. Kalau ke perpustakaan daerah, buku yang kerap saya baca, buku- buku tentang kepenulisan.

Tak hanya itu,saya juga sering ke Brebes jika ada pertemuan rutin atau acara yang diadakan, FLP Brebes yang kala itu diketuai Mbak Titaq, Mutaqwiati. Tahun 2007 kali pertama dapat honor dari menulis karena tulisan saya dimuat di majalah Tarbawi, rubrik KIAT. Alhamdulillah.

Saya gamang lagi ketika Mba Titaq juga pindah ke Ngawi karena orang tuanya di sana sudah berusia senja.

Harapan Baru

Saya tahu untuk menjadi penulis yang diperlukan adalah banyak membaca, menulis kemudian mengirimkannya ke media atau penerbit. Tapi Mba Sinta dan teman teman FLP Tegal membuat saya kangen saat berdiskusi, saat satu persatu mengumpulkan tulisan kemudian dibedah satu-satu. Kangen saat FLP Tegal mengundang penulis lokal maupun nasional untuk memberikan ilmu.

Suatu hari, saya mendapat telpon dari Fani Rosa yang baru lulus kuliah. Saat kuliah, Fani adalah aktifis FLP di kampusnya. Dia mengajak saya dan teman-teman lain termasuk Yustia Hapsari, anggota FLP Tegal saat Mba Sinta ketua untuk menghidupkan kembali FLP Tegal.

Singkatnya, awal tahun 2009 FLP Tegal resmi berdiri lagi dengan diawali work shop menulis yang mengundang Alm SN Ratmana dan Pemred Radar Tegal.

Dari acara ini bergabunglah Ali Irfan yang pengalaman menulisnya paling panjang dari kami semua yang ada. Suatu minggu, kami sepakat memilih Ali Irfan menahkodai rumah besar FLP Tegal.

Di tangannya FLP Tegal alhamdulillah tidak hanya di kenal luas Tegal dan Kab Tegal, kami beberapa kali mengadakan acara yang tergolong wah diantaranya mengundang SN Ratmana, Kurnia Efendi, Aries Adenata, Rahman Hanifan, Afifah Afra, dan lain-lain. FLP Tegal juga berhasil menerbitkan dua buku. Antolog Cerpen Akulah Pencuri Itu dan Lolong Lelaki Lansia.

Setelah periode Ali Irfan, estafet dipegang oleh Eri Fitniati, guru yang juga mantan sekertaris FLP Semarang.

Epilog

Dua kali masuk bursa calon ketua FLP Tegal, alhamdulillah yang terpilih akhirnya Ali Irfan kemudian Eri Fitniati

Saat periode kepemimpinan Eri Fitniati berakhir dan tidak mau diperpanjang lagi,dengan laegawa saya bersedia kemudian menjadi ketua FLP Tegal periode sekarang. Alasannya, saya nggak ingin FLP Tegal yang sudah berjalan harus tiarap lagi karena tidak ada ketuanya. Saya berharap, suatu hari nanti muncul penulis seperti Ali Irfan dan Eri Fitniati. Amiin.

Saya butuh FLP, FLP Tegal. Karena FLP Telah mengajarkan banyak hal. Tidak hanya tulis menulis. Saya belajar tentang leader shep, marketing dan tentu saja saya mulai belajar lagi tentang Islam.

Dari rahim FLP Tegal sekarang lahir penulis-penulis Tegal mulai dari Ali Irfan, Fani Rosa, Yustia Hapsari, Irfan Fauzi, Puput Happy, Nur Istiqomah dan lain-lain. FLP Tegal juga menjembatani saya bertemu penulis penulis besar seperti Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Kang Abik, Gola Gong dan masih banyak lainnya.

Mengutip kata Datuk Taufik Ismail, Forum Lingkar Pena Adalah Anugerah terindah dari Allah untuk Indonesia.

Penulis, Sutono Adiwerna, Penulis, Ketua Flp Tegal.

NB. Maaf jika ada nama yang terlewat, tercatat.fy;">


6 komentar:

  1. semangat yang harus dicontoh. jadi pengen masuk FLP. tapi sayang, daerahku jauh dari kota. setiap pembukaan, aku hanya dapat kabar dari teman. tapi tidak pernah dafar. kejauhan sih, bisa makan 3/4 jam perjalan.

    BalasHapus
  2. terimakasih sudah mampir Don. Di Flp Tegal juga pernah ada yang dari brebes, cirebon. pernah juga tunet dari brebes, nggak kebayang dari sana sampai ke tegal pakai kendaraan umum

    BalasHapus
  3. keren deh FLP Tegal, salam ya dari Bengkulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. amiin. salam kenal juga buat man teman flp bengkulu

      Hapus
  4. mantap FLP tegal

    www.travellingaddict.com

    BalasHapus
  5. terimakasih sudah mampir mas Buddy..

    BalasHapus

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna