Judul
buku : Wanita di Lautan Sunyi
Penerbit
: PT. Elex Media Komputindo
Tebal
: 358 halaman
Harga
: Rp.54.000
Tiara
Demi lepas dari bayang bayang
kedua kakaknya yang cemerlang, Tiara menyanggupi tawaran mengajar di pesisir,
pedalaman bernama Sangkurliang.
Tentu tak mudah mengajar di
daerah yang jauh dari pusat kota. Tidak hanya berhadapan dengan minimnya
fasilitas, Tiara juga harus dicemburui guru-guru lainnya. Pasalnya Tiara yang
baru mengajar diserahi jabatan sebagai wali kelas, dimintai tolong mengajar di
sebuah SMP rintisan di sana.
Di Sangkurliang pula Tiara
berkenalan dengan seorang gadis bisu tuli. Gadis bisu tuli itu sering memandang
lekat sekolah tempat Tiara mengajar
Latifah
Sedari kecil Latifah lekat
dengan derita. Ia dikeluarkan dari sekolah dasar karena tidak ada guru yang
sanggup mengajar gadis kecil yang bisu dan tuli. Ayahnya hilang ditelan
ganasnya laut. Dengan kemiskinan, Latifah diasuh mamak dan neneknya
Meski tak boleh sekolah,
bertahun lamanya Latifah setiap hari setia berdiri di depan gerbang sekolah.
Latifah juga tak marah ketika diejek anak-anak kecil di sana.
Suatu hari saat berjualan,
Latifah diganggu pelaut yang tak mau membayar makanan yang mereka makan.
Sebelum para pelaut berbuat jauh, untungnya seorang pemuda menolongnya. Pemuda
itu selalu datang saat Latifah membutuhkan pertolongan
Yanuar
Yan, Yanuar mewarisi sifat
bapaknya yang tempramental. Saat SMP, Yan mendorong Yuliana, gadis yang menalak
cintanya hingga cedera
Yan memutuskan pergi melaut
setelah bertengkar hebat dengan bapaknya. Sayangnya sifat tempramental Yan tak
kunjung menghilang. Di kapal ia memukul Pak Ilham nahkodanya hingga tersungkur.
Karena Pak Ilham tahu kalau sebenarnya Yan anak baik, ia hanya memberi sangsi
tidak boleh ikut berlayar. Yan di titipkan ke sahabat Pak Ilhma, Haji Ihsan, di
Sangkurliang
Wanita di Lautan Sunyi, banyak
quote-qoute yang menginspirasi dan kaya akan perenungan. Selain itu, diksinya
oke, setting, Alur dan konfliknya cukup kuat dan memikat. Begitu kita membaca
bab
awal, kita akan penasaran untuk membacanya hingga selesai. Setting
lokalitas di garap penulisnya dengan amat serius menambah point plus novel ini.
Catatan saya, saat tokoh Yan
dimintai mengazani putranya yang baru lahir, ia tidak bisa. Padahal ia tinggal
dan bekerja di toko seorang haji di Sangkurliang. Kalau mengenai endingnya yang
Latifah mau dipoligami, tak soal karena di kovernya tertulis berdasarkan true
story.
Terakhir, Wanita di Lautan
Sunyi, sayang untuk dilewatkan terutama pembaca novel islami. Selamat membaca
Makasih Mas Suto, sdh membaca dan mereview novel ini. Mudahan bermanfaat dan ada sesuatu yang tetap melekat dalam ingatan setelah membacanya.
BalasHapussama-sama..hiks dulu kalau ndak kesalip buku lainnya mungkin bisa tak bikin lebih panjang biar bisa dikirim ke media..
BalasHapus