Judu Buku : Buku ini tidak dijual
Pengarang : Henny Alifah
Penerbit : Indiva, Solo
Cetakan : Maret 2015
Tebal : 190 halaman
ISBN : 978-602-1614-48-8
Harga :
“Buku memang benda
mati. Tetapi, dia dapat menghidupkan jiwa yang kering “ ( Hal 149 )
Padi Shock karena buku-buku
koleksinya sejak masih sekolah semua hilang dijual kakek. Bagi Padi, buku
adalah benda berharga. Di dalamnya banyak memuat sejarah. Tetapi bagi kakek, buku-buku
Padi hanya barang rongsokan. Makanya tanpa sepengetahuan Padi, kakek menjual 5
karung buku-buku yang menumpuk di rumah mereka
Terjadilah perdebatan antara
kakek dan Padi. Karena tak ingin melukai perasaan kakek, Padi berusaha menahan
emosi di hadapan kakek
Suatu saat, Gading mendapati
bapaknya ( Padi ) tengah menangis. Dua kali Gading melihat bapaknya menangis.
Pertama saat ibunya mereka meninggal. Kedua saat mengetahui kakek telah menjual
5 karung buku koleksinya
Karena melihat betapa
kehilangannya Padi akan buku-bukunya, Gading mengajak Kingkin sepupunya
berusaha mendapatkan kembali buku-buku yang telah terlanjur dijual tersebut
Darisinilah petualangan Gading
dan Kingkin bermula. Dari pencarian buku-buku itu, mereka bertemu orang-orang
yang suka membaca, bertemu orang yang ke masjid hanya untuk mencuri sandal,
mendapatkan pengalaman spritual hingga mereka nyaris mati demi mendapatkan
kembali buku-buku Padi.
Bagaimana kisah selanjutnya?
Ide novel berjudul Buku ini tidak dijual terbilang
unik. Pilihan katanya juga efektif dan segar. Hanya saja konfilk di dalam novel
190 halaman ini kurang tajam menukik.
Catatan lainnya, pada halaman
139 ada yang typo alias salah ketik. Putri
dan Ria Desi menatap kearah Desi. Mungkin yang di maksud Putri dan Ria menatap
ke arah Desi.
Secara keseluruhan novel ini
sangat sayang untuk dilewatkan. Membacanya membuat kita kembali mencintai buku, mencintai budaya
membaca.
Peresensi : Sutono Adiwerna, Penulis Lepas, Aktivis Rumah Baca Asma Nadia
Tegal, Flp Tegal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar