Senin, 04 November 2013

Tulisan tiga tahun lalu


Jauh sebelum Ki Entus Susmono diamanahi menjadi ketua Banser ( Barisan Serbaguna) Kab Tegal, dalang mbeling asal Desa Bengle kecamatan Talang, kabupaten Tegal ini selain menyisipi humor khas Tegalan dalam menjalankan lakon wayang goleknya, Ikon Tegal dalam pentas nasional ini juga kerap memberi materi dakwah dalam setiap pementasannya. Maka tak heran ketika dalang yang mahir berolah vokal dan bersalawat ini ketika diamanahi menjadi ketua Banser beliau sekarang kerap diminta mengisi acara-acara ke-Islaman khas kaum Nadhiyin. Semisal Mauludan,Halal bi halal termasuk acara Harlah GP Ansor yang ke 76

Dalam rangka Harlah GP Ansor ke 76, GP Ansor Ranting Desa Harjosari Kidul kemarin tepatnya tanggal 3 Mei 2010 mengundang Ki Entus untuk bertausiah dihadapan sekitar kurang lebih seribu orang yang memadati komplek Musala Nurhidayah yang letaknya beberapa meter dari tempat saya tinggal

Meski datang tanpa membawa sinden, panjak ( asisten dalang), gamelan plus penabuhnya, serta wayang Ki Enthus tak lantas kehilangan magnetnya. Sebelum beliau bertausiah beliau menceritakan perjalanan karirnya di pentas Wayang nasional. Ada beberapa pembeda antara Ki Entus dan dalang lainnya. Antara lain, beliau kerap bershalawat nabi, menggunakan bahasa khas tegal saat mendalang, serta menyisipi syiar islam plus membuat kelir wayang dari kaligrafi berlafaskan syahadat.

Kurang lebih seribu pengunjung dibikin diam tanpa beranjak hingga hitungan jam ke 3, mereka seolah terhipnotis dengan joke-joke segar yang kadang sedikit nakal, serta kritik terhadap pemerintah tanpa tedeng aling-aling.

Jujur karena ikut larut dengan joke-joke beliau saya kesulitan menemukan wasiat apa yang hendak beliau sampaikan pada pengunjung. Alhamdulillah meski kesulitan saya menemukan pesan-pesan beliau pada pengunjug yakni;
- Membedakan antara yang hak dan batil, Tergantung pada tujuan akhir
- Dimana-mana tempat terdapat yang baik dan buruk
- Teve jangan dijadikan imam
- Kalau kita mau mendaki gunung dari bawah kita melihat sukar dan berat untuk didaki tetapi kalau kita berani memulai melangkah sedikit demi sedikit tak terasa kita sampai dipuncak
- Perlunya kesalehan sosial
- Sholat itu kebutuhan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna