Menyuruh
anak didik menulis kreatif semacam puisi, cerpen, pantun atau artikel tak
semudah membalikan telapak tangan. Salah satu tips saya saat mengajar ekstra
kulikuler jurnalistik adalah berkisah tentang tokoh/penulis yang dikenal, tentu
dengan penekanan sedemikian rupa saat membawakan kisahnya.
Dulu,
Rani kecil tinggal di sebuah bilik kayu mungil, di pinggir rel kereta pai
Gunung Sahari. Ia memilik seorang kakak yang berusia dua tahun di atasnya. Dan
gadis kecil itu sangat mencintai kakaknya.
Rani kecil sangat suka membaca. Ia membaca semua. Buku cerita, buku pelajaran,
koran, bungkus cabai, dan pembungkus sayur lainnya yang di bawa pulang sang
mama dari pasar
Suatu hari, Rani kecil kepalanya terbentur ujung besi yang lancip. Berdarah.
Yang menyebabkan gegar otak
Tak hanya itu, Rani kecil juga mempunyai kelainan otak di bagian belakang,
paru-paru kotor, jantungnya bermasalah, giginya membusuk dan tak beraturan
sehingga haru dicabut 14 giginya. Meski begitu Rani kecil tak pernah mengeluh
Suatu hari Rani kecil berujar “ Kak aku ingin sekali punya perpustakaan.
Aku juga ingin menyewakan buku-buku cerita kita pada anak-anak lain”
Kakaknya memandang sang adik dengan berbinar “Kakak setuju. Kita taruh
buku-buku kita diatas meja kayu di depan rumah. Kita tawarkan pada mereka yang
lewat”
Mulailah Rani kecil dan kakaknya menjejerkan buku-buku mereka di depan rumah
kontrakan mereka yang kecil
“Suatu hari, kakak akan menulis buku cerita seperti ini”kata kakaknya sambil
memandang langit
“Aku juga” Kata Rani kecil.” Tapi apa bisa Kak? Aku kan gegar otak”
“Tentu dek. Tentu saja kamu bisa. Kamu bisa melakukan apapun yang kakak
kerjakan bila kamu mau” jawab kakaknya
Disela-sela sekolah dan bolak-balik ke dokter, Rani kecil mengikuti berbagai
kegiatan. Pramuka, vokal grup, teater. Apa saja
“Saya akan melawan penyakit saya dengan berkarya kak. Dengan melakukan sesuatu
“ tekad Rani kecil.
Dan tahukah anak-anak siapa Rani kecil dan kakaknya itu? Mereka adalah dua
penulis hebat. Bunda Asma Nadia dan Bunda Helvy Tiana Rosa
Rani kecil, sekarang lebih dikenal dengan Asma Nadia. Bukunya sudah pululahan.
Sebagian besar tergolong buku laris. Beberapa diantaranya sudah di filmkan
seperti Emak Ingin Naik Haji, Rumah Tanpa Jendela. Yang terbaru Catatan Hati
Seorang Isteri, Jilbab in Love sudah di sinetronkan.
Asma Nadia juga telah meraih berbagai penghargaan dari bidang menulis. Tak
hanya itu, sekarang Asma Nadia memiliki Rumah Baca gratis untuk kaum dhuafa
yang tersebar di mana-mana
Kakaknya, Helvy Tiana Rosa juga sekarang di kenal sebagai sastrawan kenamaan,
dosen. Pendiri Forum Lingkar Pena ( komunitas pengkaderan penulis muda )
ini, juga telah menulis puluhan buku yang tak kalah laris. Salah satu yang
fenomenal adalah Ketika Mas Gagah Pergi telah diangakat ke layar lebar atau
film.
Kisah yang saya kutip di pengantar buku Emak Ingin Naik Haji ini, saya bacakan
dengan intonasi sedemikian rupa di depan murid-murid eskul jurnalistik yang
saya ajar. Dan Subahanallah seminggu kemudian dengan mata berkaca saya
menerima cerpen, puisi, cerita pengalaman yang mereka tulis
Setelah saya baca, beberapa tulisan saya kirim ke koran minggu. Dan
Alhamdulillah sudah ada yang tulisannya menghias salah satu koran nasional
Dan ketika saya di minta sekolah menghidupkan kembali mading sekolah, saya
kembali tersenyum mendengar mata-mata kecil itu berkata
“Pak Saya bikin cerpen ya..”
“Pak saya Nulis puisinya “
“Pak bikin pantun boleh? “
“Pak cergam saya yang buat ya ! pliss “
Semoga semangat mata-mata kecil itu selalu terjaga. Sehingga mereka kelak ada
yang menjelma menjadi penulis hebat seperti halnya Helvy dan Asma Nadia. Amiin.
Ohya murid-murid saya sekarang karya-karyannya sudah ada yang dimuat di majalah
Bobo, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka bahkan ada yang sudah bikin novel anak.
Sutono Adiwerna, Guru Eskul Jurnalistik, Ketua
FLP Tegal. Tinggal di Kab Tegal
NB, dimuat di Radar Tegal, Halaman Opini Jumat 31 Maret 2017, dan sabtu 1 April 2017
selamat ya, mas. aku juga pengen seperti mas, gajar nulis anak. tapi sayang, di daerahku antusias semacam ii belum ada.
BalasHapusterimakasih Don, kamu juga ngajar di sekolah, sisipi saja saat ngajar agar anak anak gemar membaca, mencintai buku.
BalasHapusagak sulit mas. tapi biasanya aku nyuruh mereka baca catatan mereka sekitar beberapa menit kemudian memberikan soal. ini supaya mereka terbiasa membaca dan menemukan seberapa paham mereka dengan pelajarannya. dan ternyata, dalam satu kelas palig hanya 1/2 anak yang mudah paham.
BalasHapusfokus yang 1 atau 2 anak itu. beri apresiasi meski sekedar tepuk tangan dll
BalasHapus