Malamnya saya merancang, besok pas ngasih materi eskul jurnalistik di SDIT BIAS Assalam Tegal, saya akan memberi informasi bahwa pusi Intan dimuat di Kompas Anak Minggu ini. Setelah memberi informasi, saya akan meminta anak-anak lain yang berani membaca puisinya Intan ini dan membacanya paling baik akan saya beri majalah Bobo terbaru.
Paginya, dengan semangat 45 saya mengayuh sepeda dari rumah menuju Randu Gunting, Tegal. Diantara kayuhan saya membayangkan anak-anak membaca puisi berjudul Malaikat Tanpa Sayap dengan keren, satu-satu. Saya juga membayangkan mading yang kami susun minggu lalu hari ini terpajang cuantik dan buanyak yang membacanya.
Menit berlalu, saya masih enjoy mengayuh sepeda yang nampaknya ban belakang agak kurang angin. Pas sampai ke bengkel, saya nambah angin.
Angin pagi berhembus. Saya masih semangat, apalagi pas sampai di depan STM ADB. Senang rasanya melihat anak-anak remaja satu-persatu memasuki gerbang sekolah setelah sebelumnya mencium tangan guru yang tengah berjaga di gerbang.
Baru beberapa kayuhan dari STM ADB, pletek. Ternyata rantai sepeda putus. Awalnya masih enjoy, kanan kiri menuntun sepeda sambil mencari bengkel yang buka. Ternyata nihil. Belum ada satupun bengkel yang buka. Sementara kembali ke bengkel tempat saya nambah angin? ah sudah jauh ternyata
Saya mulai resah. Seharusnya saya sudah sampai di sekolah tempat saya ngasih eskul. Tapi ternyata masih di jalan yang di dominasi hamparan sawah. Angkutan tidak melalui jalan yang tengah saya lalui.
Saya terus berjalan. Dan berjalan. Secercah harapan ketika ada bengkel ( kelihatan bengkel motor ) buka. Saya ke sana. Nihil. Si Bapak bengkel nggak biasa servis sepeda katanya.
Saya masih mengumpulkan semangat demi semangat mencari bengkel. Ketika ada bengkel lagi, saya coba lagi. Ternyata gagal lagi. Disini gak ada yang buat nyambung rantai katanya.
Duh..saya mulai merutuk. Mengapa? mengapa? mengapa?. Tiba-tiba ingat tawaran menjadi redaksi sebuah penerbitan yang terpaksa tak saya jabani karena nggak tega ninggalin bapak yang sudah hampir 80th. Bapak yang sudah agak pikun, bapak yang bawel kalau saya pulang terlambat. Bapak yang..ah..
Bengkel ketiga, menolak, tapi si mas bengkel ngasih tahu ada bengkel sepeda di seberang jalan. Alhamdulillah. Sambil menunggu rantai terpasang, saya nyoba telepon BIAS buat ngabari. Telpon tak diangkat. Sempurna?
Ketika hampir jadi rantainya, ada telpon masuk, langsung saya bilang ke Ust Teguh bahwa saya telat sampai ke sekolah.
Satu kesulitan banyak kemudahan? rasanya iya dan tidak. Iya karena pas sampai ke sekolah masalah saya nguap entah kemana. Lihat anak-anak bikin mading, anak-anak cerewet, anak-anak yang. Ah...madingnya sudah terpajang. Indah-indah sekali terutama buat saya...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Anak Suamiku
Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna
-
Judul Buku : Cinta Laki-Laki Biasa Pengarang : Asma Nadia dkk Penerbit : Asma Nadia Publishing...
-
Jujur Untuk Selamanya Oleh Sutono Adiwerna Sudah tiga bulan ini, ayah Nino membuka kios buah di depan rumah. Mula-mula...
-
Judul buku : Sahabat Sejatiku Penulis : Farras Salsabila Penerbit : Tiga Ananda, Tiga Serangkai Solo Tahun Terbit : April 2013 Tebal : 8...
-
Judul Buku : My Sweet Heart Penulis : Amira Budi Mutiara Penerbit : Dar Mizan Anak ( KKPK ) Cetakan : Pertama Februari 2009 ...
-
Jumat malam, saya belum mendapatkan materi apa yang akan disampaikan saat kelas menulis di SDIT BIAS nanti. Malam itu, saya iseng beres bere...
-
1. Setting TK tempat Ade Irma Suryani. Saat Ade Irma dkk bermain, latar lagunya Lihat kebunku . Lihat Kebunku penuh dengan bunga...
-
Mereka meninggal di usia yang muda. Meski telah tiada karya mereka masih teringat bahkan ada yang sampai sekarang mempunyai Fans Page yang m...
-
Judul buku : Di bawah naungan cahaya-Mu Penulis : Desi Puspitasari Tahun terbit : September 2007 Tebal buku : 192 halaman Harga : ...
-
Baru baru ini, di kelas menulis SDIT Usamah Tegal, saya meminta murid2 untuk mencurahkan isi hati dalam sepucuk surat. Mau tahu isinya..? 1...
-
Rasa pertama ketika Bu Endah akan mengajar Bahasa Inggris di kelas kami, 3 IPS 4 adalah gemetar. Pertama karena bahasa Inggrisku memang anc...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar