Selasa, 27 Oktober 2015

Cerpen di Majalah Ummi, Okt 2015

Jujur  Untuk Selamanya
Oleh Sutono Adiwerna
                Sudah tiga bulan ini, ayah Nino membuka kios buah di depan rumah. Mula-mula kios ayahnya tak begitu banyak yang membeli. Tapi karena ayah Nino ulet, jujur dan ramah, kini kios buahnya semakin banyak pelanggan. Kalau hari minggu, yang membeli malah dua kali lipat dari hari lainnya.
                Karena belum mempunyai karyawan, kalau hari minggu Nino diminta ayahnya membantu di kios buah.
                Seperti minggu ini, Nino bersama ayah-bundanya melayani satu demi satu pembeli yang datang silih berganti. Ada yang membeli jeruk, apel, mangga, anggur. Bahkan stok buah jeruk manis habis bis. Stok jeruk yang tersisa tinggal jeruk kecut yang harganya lebih murah
                Jam di dinding di kios menunjukan jam dua siang. Nino mengelap keringat di dahinya dengan sapu tangan. Sementara ayah-bundanya tengah merapikan letak buah agar enak dipandang dan tidak berantakan
                “ Nin, Ayah dan Bunda sebentar lagi kedatangan tamu, sahabat Ayah waktu sekolah. Apa sebaiknya kios tutup saja?”tanya ayah. Tangannya masih sibuk mengelap buah apel agar nampak mengkilat
                “ Jangan Yah. Kan Pak Ali yang biasa beli jeruk belum kesini. Kasihankan kalau beliau jauh-jauh kesini tapi kios kita sudah tutup” jawab Nino
                “Benar juga kata Nino Yah. Toh kalau ada apa-apa, Nino kan tinggal masuk ke dalam rumah. Iya kan sayang?”timpal bunda. Nino tersenyum sambil membenarkan letak kacamatanya
                Selang beberapa menit kemudian, sahabat ayah Nino datang mengendarai mobil Avanza berwarna hijau toska.
                “Oh ya Nin, kalau Pak Ali datang, bilang kalau jeruk manisnya sudah habis “pesan ayah Nino
                “Ok bos..”jawab Nino mantap
                Angin siang menjelang sore berhembus. Sembari menunggu pembeli yang datang, Nino membaca kumpulan dongeng berjudul Hansel dan Grethel karya Jacob dan Wiliem Grim yang dipinjamnya dari perpustakaan sekolah
                “Assalamualaikum “sapa sebuah suara
                “Walaikum salam” jawab Nino
                “Wah asyik. Baca buku apa nak Nino?”ternyata Pak Ali yang datang
                “Ini Pak, kumpulan dongeng”kata Nino sembari menunjukan judul buku yang tengah dibacanya
                “Wah buku bagus tuh. Dongeng klasik yang inspiratif”
                “Iya Pak. Ohya ada yang bisa saya bantu?”
                “Jeruk manis seperti minggu kemarin masih ada nak Nino?”
                Sebelum menjawab, Nino menggaruk-garukan kepalanya yang tidak gatal. Stok jeruk tinggal yang agak masam. Kalau dirinya bilang sebenarnya, nanti Pak Ali tak jadi membeli buah.
                “Jeruk manis yang seperti kemarin masih nak Nino?”tanya Pak Ali lagi
                “Mmm..masih Pak”jawab Nino setengah tergagap
                “Tiga kilo ya Nak Nino “
                “Inggih Pak”
                Setengah bergetar Nino menimbang jeruk masam yang ia bilang manis tersebut
                “Berapa Nak?”
                “54.000 ribu Pak”
                Pak Ali mengeluarkan lima puluh lima ribu dari dalam dompetnya. Ketika Nino hendak memberi kembalian, Pak Ali menolaknya
                Jam menunjukan setengah 4 sore. Karena kios sudah agak sepi, Nino kembali meneruskan kembali membaca Hansel dan Grethelnya.
                “Nino, Pak Ali sudah ke kios?”tanya ayah Nino setelah mengantar sahabatnya yang berpamitan pulang
                “Sudah  Yah. Pak Ali beli jeruk 3 kilo”
                “Kamu kasih harga sebenarnya kan? Kan jeruknya tinggal yang masam-masam”
                “Nggak Yah, Pak Ali nggak cerewet jadi ya Nino kasih harga seperti harga jeruk manis”
                “Aduh...”ayah Nino menepuk keningnya
                “Kenapa Yah? Nino salah ya?”
                “Nggak apa-apa Nin. Tapi lain kali jangan ulangi ya”
                “Iya Yah”
                Sejak hari itu, menurut ayah dan bundanya, Pak Ali tak pernah lagi membeli buah di kios mereka. Setiap ada kesempatan menjaga kios, Nino juga berharap kemunculan Pak Ali untuk meminta maaf. Tapi harapan Nino dan keluarganya sia-sia. Karena Pak Ali tak pernah lagi berkunjung ke kios mereka
                Hari berganti. Kalau kemarin-kemarin yang melimpah buah jeruk, kali ini musim buah mangga. Siang itu, setelah mengganti seragam, salat duhur, Nino langsung bergegas ke kios buah
                Begitu sampai di kios, Nino mendengar percakapan antara ayah dan calon pembelinya
                “Mangga ini kecut atau manis Pak?”tanya calon pembeli. Seorang bapak-bapak. Mungkin seumuran Pak Ali
                “Ada yang kecut, ada yang manis, ada juga yang boleng atau sedikit rusak. Yang bagus-bagus sudah kepilih duluan”
                “Wah berarti saya kebagian sisa ya?”canda si bapak. Ayah Nino tersenyum mendengar candaan calon pembelinya
                “Berapa sekilonya Pak?”
                “Saya kasih diskon. Jadi 7500 perkilo. Biasanya saya jual perkilo 9000 ribu”
                “Boleh deh. 2 kilo saja ya?”
                “Yah kok Ayah jujur amat?”tanya Nino heran. Begitu si bapak pembeli mangga itu berlalu
                “Begini Nin, bohong itu untuk sesaat dan cepat hilang. Kalau jujur itu untuk saat ini dan selamanya dan masa depan”jawab ayahnya kalem
                Nino manggut-manggut membenarkan ucapan ayahnya. Beberapa saat kemudian, si bapak yang beli mangga itu kembali ke kios

                Semoga bapak itu, mau memborong lagi buah di kios ayahnya. Harap Nino dalam hati.

Catatan. Cernak ini versi asli, sebelum di edit majalah Ummi.

10 komentar:

  1. terimakasih sudah berkenan membaca kisah Nino..semoga bisa berkarya lebih baik, lebih manis lagii

    BalasHapus
  2. Wah, ini cerpen bukan hanya untuk anak-anak tapi yang jualan juga ni mesti baca huhuhu... inspiratif pak

    BalasHapus
  3. terimakasih sudah membaca Risqia..terimakasih sudah mampir di blog ini

    BalasHapus
  4. Suka ceritanya mas... pesannya bagus sekali

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah terimakasih apreasiasinya..minggu mingu ini sering lihat cerpen mba Ruri di Bobo..keren

      Hapus
  5. Ceritanya inspiratif dan mengedukasi :)

    BalasHapus
  6. terimakasih sudah berkenan mampir..

    BalasHapus

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna