Kamis, 24 Agustus 2017

CERITA RAKYAT YANG TERLUPAKAN





                Judul  Buku : Indonesia Bercerita
            Penulis : Yoana Dianika, Redy Kuswanto, Ruwi Meita dkk
            Penulis : Pustaka Alvabet, Jakarta
            Cetakan  : Mei 2017
            Tebal : 520 Halaman
            ISBN : 978-602-6577-07-8
                Konon, di Simeulue, Aceh pada zaman dahulu ada seorang raja yang kaya raya. Selain kaya, ia dan permaisuri begitu dikagumi dan dicintai seluruh rakyat karena keduanya bijaksana, dermawan dan baik hati
                Namun kebahagian tersebut terasa kurang lengkap karena raja dan permaisuri tidak dikaruniai seorang anak yang kelak akan meneruskan tampuk kepemimpinan
                Karena ingin sekali memilik keturunan, raja dan permaisuri ke hulu sungai untuk menyucikan diri dan berdoa agar dikaruniai seorang anak
                Ternyata, doa raja dan permasuri dikabulkan Yang Maha Kuasa. Raja dan permaisuri sangat bahagia dan tak kesepian lagi. Anak tersebut diberi nama Rohib
                Saking bahagianya, Rohib sangat dimanja. Semua keinginan dipenuhi dan tak pernah membiarkan putra kesayangan mereka merengek meminta sesuatu
                Ketika remaja, raja menyuruh Rohib ke kota untuk menuntut ilmu. Sayangnya, bertahun-tahun menuntut ilmu, Rohib tak bisa apa-apa dan tak pernah bisa menyelesaikan pelajaran karena terbiasa dimanja, Rohib tumbuh jadi remaja yang malas. Karena malu, raja berniat membunuh Rohib. Tentu saja permaisuri berusaha agar anak kesayangannya tetap hidup. Bagamana kisah selanjutnya?
                Indonesia  kaya akan budaya termasuk dengan cerita rakyatnya. Setiap daerah memilik cerita rakyat yang berbeda. Tapi sayangnya, selama ini yang ter-ekspos di masyarakat luas cerita yang itu-itu saja. Sebut saja Malin Kundang, Timun Mas, Roro Jonggrang dan lainnya. Padahal di luar cerita yang tersebut diatas, masih banyak cerita rakyat negeri ini yang tak kalah menarik dan mengandung pesan moral yang kuat untuk diketahui masyarakat luas
                Nah, kehadiran buku ini bisa menjadi pelengkap, yang memperkaya cerita-cerita rakyat yang sudah ada dan dikenal masyarakat luas
                Ditulis oleh para penulis cerita yang telah berpengalaman sehingga buku ini enak dibaca. Catatan saya, ada satu cerita yang tidak fokus. Endingnya menceritakan asal mula mengapa tikus dikejar kucing-anjing, tapi yang lebih banyak ditampilkan kisah raja dan pangerannya yang pemalas
                Di luar itu, 31 cerita rakyat  dari berbagai daerah ini, sayang untuk dilewatkan. Buku ini juga bisa dijadikan para guru, orang tua untuk memperkenalkan kekayaan cerita rakyat kita kepada k generasi penerus bangsa. Selamat membaca

Peresensi : Sutono Adiwerna, Ketua FLP Tegal.


 Catatan, Resensi ini dimuat di Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. 14 Agustus 2017
Email untuk mengirim resensi : resensikrm@yahoo.com certakan scan/ foto caver dan identitas buku


Rabu, 23 Agustus 2017

Suatu Siang di Famuba Mutu

Saya sampai di SMK Famuba jam 13.30. Saya tersentak kaget karena karena sekolah sudah sepi. Saya pun mencoba menghubungi Rizqi Nashrul Haq tapi tak tersambung. Titik terang muncul ketika saya mencoba inbok FB Pranita Irma Indriani oalah ternyata tempatnya di SMP Muhammadiyah Lebaksiu yang tak jauh dari Famuba. Singkat kata, saya sampai di perpustakaan SMK Famuba ( tempatnya di SMP Muhammadiyah Lebaksiu ) di sana sudah ada Bu Ais Rahmatika selaku salah satu pembina GLS ( gerakan literasi sekolah ) yang ternyata murid menulisnya mas Heru Kurniawan di Wadas Kelir, teman baiknya mba Mulasih Tary ( bumi bulat ternyata ) Ana Widiawati dll. Setelah berkenalan sebentar, saya langsung share tentang manfaat menulis dan tips memukan ide. Karena kepenulisan saya yang belum seberapa, saya lebih banyak cerita tentang penulis penulis hebat/besar semacam Teh Pipiet Senja, Mas Gola Gong, Mba Asma Nadia, Raditya Dika, Andrea Hirata sampai mba Sinta Yudisia dan mas Ali Muakhir. Di sesi tips menemukan ide, saya ngutip di bukunya mba Veronica Widyastuti rahasiah sebuah cerita. Setelah dua sesi tersebut, sesi menulis langsung. Tak kurang dari 20 menit anak-anak GLS sudah bisa menulis satu cerita ( duh padahal saya cerpen selesai bisa berminggu-berbulan bahkan ada yang setahun belum selesai ( buka rahasia. haha ). Alung atau Rizqi, menulis tentang pemuda yang demi merubah hidup menjadi karyawan/tenaga serabutan sama pemilik penyewaan layos atau deklik untuk hajatan ( keren ) dan lainnya menulis cerita dari Strategi 3 Kata yang saya terapkan dari bukunya A.S Laksana..Tak terasa adzan ashar berkumandang, Alhamdulillah bisa melihat remaja-remaja yang mau belajar menulis dengan tekun


Jumat, 11 Agustus 2017

Kelas Inspirasi, Inspirasi untuk Anak Indonesia

Kelas Inspirasi diprakarsai oleh seorang pengajar muda yang pernah mengikuti program Indonesia Mengajar. Kalau Indonesia Mengajar menjadi guru selama satu tahun di desa-desa di pedalaman. Kelas Inspirasi, relawannya menjadi guru sehari. Kalau Indonesia Mengajar relawan berperan seperti guru pada umumnya, relawan Kelas Inspirasi berbagi pengalaman tentang profesi yang ditekuni.

Ketika saya mengikuti program edukatif ini, ternyata di Pekalongan dan di Brebes pun masih banyak anak-anak yang mempunyai cita-cita membuat saya mengelus dada. Bayangkan saja. Di zaman yang serba digital ini ternyata masih ada anak-anak yang kelak memimpin negeri ini bercita –cita menjadi dukun, preman bahkan pendekar. Giliran ada seorang anak yang bercita-cita Astronot ibunya yang kebetulan mendampingi ( karena masih kelas 1 ) bergumam “ Astronot..astronot apa? Cita-cita kok keduwuren

Kelas Inspirasi di bagi tiga sesi. Sesi Briefing, Sesi Hari Inspirasi, dan Sesi Refleksi

Sesi Briefing adalah sesi dimana para pengajar atau inspirator diberi bekal bagaimana caranya menghidupkan kelas. Agar kelas berlangsung lancar, nyaman dan menyenangkan. Ketika di Brebes, brifing dipimpin oleh Ibda dan Vero pengajar muda yang pernah mengajar di Papua selama setahun.

Sesi Hari Inspirasi, terdiri dari 3 bagian. Pembukaan, mengajar di kelas dan closing atau penutup. Saat mengajar di kelas, relawan atau inspirator berbagi tentang apa profesinya, manfaat profesinya bagi masyarat dan bagaimana caranya agar bisa memiliki profesi tersebut. Sebagai catatan, relawan sebisa mungkin menyampaikannya dengan jelas juga menyenangkan

Sesi penutup, selain berpamitan dengan Kepala Sekolah, Guru-guru, biasanya semua siswa-siswi diminta menuliskan nama dan cita-cita kemudian menempelkannya di pohon cita-cita. Pohon cita-cita tersebut nantinya ditinggal di sekolah agar bisa menyemangati para siswa di sekolah tersebut.

Oh iya para Inspirator sifatnya sukarela, tulus untuk berbagi inspirasi kepada sekoalah-sekolah yang terbelakang, minim fasilitas. Saya terharu ketika bertemu banyak inspirator dari beragam profesi, suku, kepercayaan yang cuti sehari untuk berbagi inspirasi. Bahkan ada juga Pak Hadi, seorang pensiunan Trafik Pesawat yang sudah mengikuti Kelas Inspirasi sebanyak 50 kali lebih lho..

Akhir kata, dengan adanya kelas Inspirasi ini , saya optimis, wajah Indonesia akan berseri kelak di kemudian hari. Semoga

Sutono Adiwerna,


Penulis adalah Ketua FLP Tegal, Penulis Lepas, Pegiat Literasi, Relawan Kelas Inspirasi tinggal di Kab Tegal

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna