Judul buku : Teka-teki Abdurrahman bin Auf
Penulis : Nelfi Syafrina
Penerbit : Tiga Ananda, TS, Solo
Ukuran/Tebal buku : 26,5cm/ 24 halaman
Tahun Terbit : November 2013
Harga : @25.000
Abdurrahman bin Auf berasal dari suku Zuhr. Beliau adalah sahabat Rasulullah yang memiliki kekayaan sangat banyak. Ketika Rasululloh mengajak semua umat Islam bersedekah, Abdurrahman bin Auf tak ketinggalan memberikan sebagian hartanya untuk kepentingan umat Islam. Abdurrahman juga ikhlas meninggalkan semua hartanya di Mekah untuk mengikuti Rasulullah hijrah ke Madinah. Di Madinah, Aburrahman bin Auf juga mencari rezeki dengan cara berniaga. Ketika perdagangannya berhasil, sukses, Abdurrahman membagi sepertiga hartanya untuk orang miskin di Madinah, sepertiga lain untuk usahanya dan sepertiga terakhir untuk diberikan kepada orang miskin.
Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf diberi tugas menjaga Ummul Mukminin dan di jadikan tempat bertanya tentang agama oleh para sahabat lainnya.
Membaca buku ini, selain mengenal lebih dekat sosok Abdurrahman bin Auf, selain ilustrasi yang menawan, setiap halaman disertai halaman game berupa teka-teki sehingga buku ini tidak membosankan. Selamat Membaca ya....
Selasa, 25 Februari 2014
Puisi-puisi Wiji Thukul
1. Sajakku
Sajakku adalah kata-kata
yang mula menyumpal di tenggorokan
lalu dilahirkan ketika ku ucapkan
Sajakku adalah kata-kata
yang mula-mula bergulung-gulung
dalam perasaan
lalu dilahirkan ketika kuucapkan
Sajakku adalah kebisuan
yang sudah kuhancurkan
sehingga aku bisa mengucapkan
dan engkau mendengarkan
sajakku melawan kebisuan
2.Jangan lupa kekasihkku
Jangan lupa kekasihku
jika kau berjalan-jalan
yang tidur di emperan itu
tetangga kita kekasihku
Jangan lupa kekasihku
jika kau ditanya siapa mertuamu
jawablah yang menarik becak itu
bapakmu kekasihku
Jangan lupa kekasihku
bila kau ditanya namamu
sebut saja namamu, itu namamu
kekasihku
Sajakku adalah kata-kata
yang mula menyumpal di tenggorokan
lalu dilahirkan ketika ku ucapkan
Sajakku adalah kata-kata
yang mula-mula bergulung-gulung
dalam perasaan
lalu dilahirkan ketika kuucapkan
Sajakku adalah kebisuan
yang sudah kuhancurkan
sehingga aku bisa mengucapkan
dan engkau mendengarkan
sajakku melawan kebisuan
2.Jangan lupa kekasihkku
Jangan lupa kekasihku
jika kau berjalan-jalan
yang tidur di emperan itu
tetangga kita kekasihku
Jangan lupa kekasihku
jika kau ditanya siapa mertuamu
jawablah yang menarik becak itu
bapakmu kekasihku
Jangan lupa kekasihku
bila kau ditanya namamu
sebut saja namamu, itu namamu
kekasihku
Senin, 17 Februari 2014
Warsih
Warsih
mengarahkan bola mata keluar jendela dewi. Dewi
sri jurusan Tegal-Jakarta telah membawanya masuki wilayah brebes. Tepatnya
di pasar bawang klampok. Pasar yang diapit areal pesawahan yang luas menghampar
kelihatan penuh sesak. Ada yang sedang menimbang bawang., mengikat bawang , ada
pula yang sedang tawar menawar dengan tengkulak. Yang menyita perhatian ialah
sekelompok anak kecil yang sedang mengais sisa-sisa bawang yang tercecer.
Warsih teringat masa kanaknya. Kau saja Warsih bisa mengembalikan diri kemasa
kecilnya., Warsih ingin tetap abadi menjadi Warsih kecil. Karena dimasa itulah keriangan
demi keriangan dilalui.
****
Hari itu.
Setelah empat puluh hari meninggalnya bapak, emak kedatangan tamu seorang
wanita paroh baya. Kaos hijau menyala membungkus kete lekuk tubuh suburnya.
Rambutnya keriting paling muktahir. Lipstiknya merah menyala berpadu dengan
bedak tebal menutupi garis-garis ketuannya. Warsih sendiri baru kali ini
melihat wanita yang lebih mirip toko emas berjalan tersebut .
“Enok kesini emak mau ngomong”
“Sebentar ya mak, Warsih ganti baju
dulu”
“Y a.sana. T api aja suwe-suwe. Yu Kamsah sudah menunggu
kamu sejak tadi.”
Warsih memasuki kamarnya yang hanya
terlindung tirai bergambar kembang sepatu. Warnanya kuning kusam. Digantinya
seragam biru putihnya dengan kaos oblong dipadakan dengan rok selutut yang
berwarna kelabu.
” Sih” Yu Kamsah
akan mengajakmu bekerja. Gajinya besar. Tidak pakai rupiah tapi ringgit yang
nilainya jauh lebih besar. Iya kan Yu? ‘’ kata emak semangat.
“ bekerja” pekik
Warsih kaget “ tapi warsih kan masih
sekolah” lanjut Warsih
“Sekolah kan mengelurkan biaya yang tidak
sedikit. Apalagi adikmu masih kecil-kecil. Apa kowen ora melas karo emakmu” Yu Kamsah
tiba-tiba bersuara
‘’Enok
kesempatan tidak datang dua kali. Kalau tidak sama kamu pada siapa lagi emak
minta tolong” mata emak berkaca-kaca. Ada
pengharapan disana
Begini saja sih.
Kalau kamu bersedia nati kamu dan adik kamu, yu kamsah ajak kamu ke BP (
Banjaran Permai) disana kamu boleh pilih baju sesukamu”. Bujuk Yu Kamsah lagi.
BP atau Banjaran
Permai adalah swalayan yang berdiri
di tengah-tengah jalur kota
ini. Memang tak pernah sepi pengunjung. Selain letaknya strategis, BP juga
mempunyai mutu yang sama baiknya dari segi barang yang sediakan maupun dari
segi pelayanan.
Entah sudah
berapa kali Warsih ke BP. Puluhan mungkin kerena secara kebetulan letaknya cuma
beberapa meter dari sekolah tempat Warsih belajar. Meski sering ke BP bukan
berarti Warsih sering pula belanja seperti pengunjung BP lainya . Warsih hanya
melihat-lihat. Kalau pun membeli biasanya cuma sabun mandi, odol, atau beberapa
bungkus mie instant.
Sekarang ada
orang yang berbaik hati membelikan baju dari outlet yang ada di BP. Biasanya,
paling banter baju- baju yang Warsih kenakan di beli dari kios emperan toko
itupun setahun sekali pas lebaran. Sekarang Bapak sudah tak ada. Siapa yang
akan memenuhi kebutuhan sandang dirinya dan kedua adiknya.
"Keputusan
di tanganmu nok, emak tak berhak
memaksamu. Karena kamu yang akan menjalani. Tapi, berpuluh-puluh bahkan ratusan
orang ingin bekerja di luar negri mereka rela mengeluarkan uang ratusan hingga
jutaan rupiah. Sedang kamu gratis...tis". Kata mak Saedah memecah
kebisuan.
Warsih diam
menerawang kelangit-langit rumah. Dilihatnya genteng- genteng yang tak
berternit. Warnanya kusam. Di sana
sini terdapat lubang- lubang kecil yang kalau musim hujan airnya bisa menerobos
bebas. Demikian juga dindingnya banyak yang terkelupas rnenampakan batu bata.
Semuanya minta di perbarui. Kalau hanya mengandalkan penghasilan emak dari
buruh di pabrik teh tidak mungkin cukup.
Untuk makan saja susah. Belum lagi biaya sekolah dua adiknya. Warsiti dan
Warsito.
“Bagaimana Sih ,
gelem apa ora kalau tidak mau katakana. Jangan sungkan-sungkan biar saya segera
mencari orang lain” desak Yu Kamsah.
Warsih
mengangguk ragu. Warsih bingung sebab beberapa bulan lagi ujian akan
dilaksanakan. Sebagai siswa kelas tiga otomatis Warsih tercatat sebagai peserta
UN. Tapi kondisi keluarga menuntut uluran tangan sebagai anak sulung.
“Nah begitu,
namanya anak yang berbakti “ Yu Kamsah girang alang kepalang.
Besok pagi kita
BP untuk belanja keperluanmu Warsih.Malamnya baru kita berangkat biar kita
sampai di Jakarta pagi- pagi. Soalnya yang bersangkutan janji jemput kamu jam 8
pagi.
“Warsih, minggu
kemarin kamu belum mengisi uang kas kelas. Jadi kamu harus mem bayar dua ribu
sama kas minggu ini". Kata Wati ketus seraya menyodorkan buku kas kelas.
"Maaf Wat, aku tidak punya uang lagi. Aku cuma punya
uang seribu itupun buat ongkos pulang".
"Payah kamu.
Masa dua ribu aja kamu tak punya"
Warsih menunduk
dalam. Seandainya, Wati tahu kalau untuk sampai ke sekolah saja Warsih harus
mengilokan kertas bekas ulangan atau fotokopian materi pelajaran yang sudah
tidak terpakai kepada yu Lasmi penjual nasi bungkus tetangganya.
"Seribu,
tak apa- apa wis
daripada tidak sama sekali"
"Tapi............."
"Tidak ada
tapi -tapian. Peraturan harus tetap di tegakan masalah kamu pulang jalan kaki
kek, ngesot kek, itu bukan urusan saya". Paksa Wati.
Kejadian seperti
itu memang kerap dialami Warsih. Saat ujian semesteran misalnya, Warsih
terpaksa mengantri dan berdesakan bersama puluhan siswa lainnya untuk
mendapatkan kartu sernentara sebagai syarat untuk bisa menigkuti ujian semesteran.
Terkadang Warsih bertanya apakah yang
berhak pandai, pinter cuma orang- orang kaya?.
Mengingat itu
membuat Warsih makin mantap untuk meyambut ajakan Yu Kamsah
****
Di perjalanan
menuju ibukota, Yu Kamsah tak henti- hentinya berpesan agar Warsih di ganti
namanya menjadi Asih. Umur di ubah menjadi sembilan belas bukan lima belas tahun.
Domisili diubah menjadi Brebes bukan Tegal lagi. Tapi, kebingungan Warsih
dikalahkan niatnya untuk merubah nasib. Dikhayalkanya, rumah Warsih tak bocor
lagi kala musim hujan datang, warna temboknya cerah ceria tak lagi kusam dan
buram, adiknya Warsiti dan Warsito bisa sekolah dengan lancar tidak dihina dan
direndahkan seperti yang kerap dialami Warsih selama ini.
Sesampainya di
bandara Sukarno-Hata, Warsih makin bingung karena Yu Kamsah tidak segera
mengajak Warsih ke suatu tempat. Tempat penampungan misalnya. Bukankah lazim
kalau seorang TKW seperti warsih perlu di bekali keterampilan. Bahasa
misalnya.apalagi Warsih yang belia dan belum lulus SMP
"Yu,
biasanya kalauTKW kan ke tempat penampungan terlebih dahulu ." tanya
Warsih pelan dan hati - hati.
“Nggak perlu
Warsih, soalnya kamu sudah pasti dapat majikan jadi tidak perlu di tampung
segala. Soal bahasa, tidak jauh beda dengan bahasa kita cuma beda pengucapanya
saja". Jelas Yu Kamsah panjang
lebar.
Sejam berlalu
orang yang ditunggu Yu Kamsah tak kunjung datang. Warsih makin bingung, takut,
melihat Yu Kamsah panik. Lebih takut lagi manakala Yu Kamsah baru menyadari
kalau handphonenya tidak terbawa
"Warsih
kamu tunggu disini. Yu Kamsah mau cari Wartel
sebentar"
"Inggih yu"
Warsih mengambil
TTS dari tas. Buku teka teki silang yang
dibelinya pada agen koran yang mangkal di terminal Tegal sebelum menuju
Jakarta.
"Warsih.......koen Warsih kan?". Suara
wanita dengan
bahasa tegalan yang kental membuyarkan kosentrasi Warsih.
"Yu Tinah
ya". Tanya Warsih memastikan. "Koen
mrene karo sapa". "Aku kesini sama yu Kamsah"
"Apa... Yu...
..Kamsah, Yu Kamsah yang gendut, Yu Kamsah yang menor, Yu Kamsah yang kayak tangan
dan lehernya mirip toko emas berjalan"?
"Inggih leres"
"Aduh
gaswat.. .terus Yu Kamsah kemana ".
"Lagi ke
wartel katanya HP-nya tak terbawa".
"Kamu patut
bersyukur Warsih, sekarang ayo ikut yu Tinah"
"Ikut
kemana"
"Nanti di
perjalanan Yu Tinah jelaskan"
****
Warsih
mengucapkan syukur berkali-kali karena lolos dari perangkap Yu Kamsah.
Dari Yu Tinah
Warsih tahu kalau Yu Kamsah sering memperdagangkan gadis desa yang lugu ke
pria- pria hidung belang. Yu Tinah salah satu korbannya. Karena Yu Kamsah, Yu Tinah pernah terjerembab kedunia hitam.
Beruntung ada lelaki yang mengangkatnya dari dunia nista meski lelaki itu cuma
tukang parkir disekitar Bandara.
Bis Dewi Sri sampai keterminal Tegal. Tiba-
tiba suasana kelas yang riuh ramai saat guru mapel absen atau suasana kelas yang sepi, lengang saat mengerjakan
soal ulangan, datang menyergap. Dibulatkannya tekad untuk terus dan terus
sekolah seberat dan sesulit apapun. Biarlah genteng yang perlu diganti, dinding
rumah yang cerah, baju- baju bagus tinggal mimpi. Ya cuma mimpi
NB..cerpen ini ada di kumcer Akulah Pencuri Itu. Sebelumnya dimuat di majalah Edukita th 2008
Kamis, 13 Februari 2014
Opal Si Pendongeng Cilik ( IRC 5 )
Judul buku : Opal,
Jagoan Dongeng
Penulis : Naufal
Mohamad
: Yuniar Khairani ( Co Writer )
Penerbit : Tiga
Ananda, Solo
Tebal buku : 88 hlm
Harga : Rp. 22.000
ISBN :
978-602-257-273-2
Tahun Terbit : Mei 2013
Naufal
Muhamad. Atau biasa dipanggil Opal, adalah putra Bapak Agus Eko Wantoro dan Ibu
Henny Rahma Dwiyanti. Lahir di Yogyakarta Th 2000
Meski
baru berumur 13 th, Opal punya prestasi segudang. Dua diantaranya, pendongeng
terbaik Festival Dongeng Nusantara pada th 2012 dan Juara 1 lomba cerita Islami
Festival Anak Soleh Indonesia thn 2011
Buku
Opal, Jagoan Dongeng menceritakan keseharian Opal. Bagaimana Opal Si Pendongeng
Cilik di rumah, di sekolah dan lingkungan sekitar rumahnya tepatnya di
Yogyakarta.
Sebelum
menjadi pendongeng cilik yang cukup terkenal, Opal rajin mengikuti lomba demi
lomba. Mulai dari lomba mewarnai, menempel, lomba Azan, lomba bercerita hingga
lomba Pidacil ( Pemilihan Dai Cilik ). Opal tak selalu menang, Opal pernah
kalah di lomba Pidacil. Tapi kegagalah bagi Opal tak boleh mematahkan semangat.
Buku
ini membuat kita termotivasi agar tak mudah menyerah saat gagal. Dan
mengigatkan kita bahwa menjadi orang hebat harus tetap bersahaja dan rendah
hati. Berprestasi tak harus di dapatkan dengan peralatan mahal. Dalam
kesederhanaan tak berarti seorang tak bisa berprestasi.
Buku ini sayang untuk di lewatkan. Hanya saja ada yang mengganggu di Bab Pertama, Aku Senang Menjadi Diriku. Di bab ini, penulis menceritakan banyak hal mulai dari hobi, makanan kegemaran, keluarga, teman-teman di sekolah hingga bercerita tentang kakeknya yang penyayang tanpa bantuan sub bab sehingga terlihat amat panjang dan membosankan. Untungnya di bab berikutnya sedikit lebih fokus. Secara keseluruhan isinya bagus. Semoga buku ini bisa menginpirasi pembaca anak dalam meraih cita-cita.
Selasa, 11 Februari 2014
Bas, Akhirnya jadi PNS
Zaman sekarang, buat sebagian orang menjadi PNS adalah mimpi besar. Terlebih buat orang-orang yang sudah mengabdi di kantor sebagai tenaga honorer. Pagi tadi di koran Radar Tegal terdaftar daftar honorer yang terjaring menjadi PNS tahun ini. Di dinas Kabupaten Tegal, saya mendapati beberapa nama yang saya kenal, baik itu teman sekedar kenal, teman saat saya bekerja di CV Melati, teman SD, SMP, hingga SMA terjaring menjadi PNS.
Dan yang ingin saya ceritakan di sini adalah teman saya Bas. Basuki Parizal lengkapnya, belakangan saya tahu honorer di lingkungan DKP ini, adalah kakak kandung teman saya di SMA, Baharudin.
Meski ngarya di lingkungan pertamanan, memegang mesin pemotong rumput, kalau saya ngobrol dengan Bas teman saya ini, ngobrolnya bukan sekedar ngobrol ngalor-ngidul tak jelas. Bas, bagi saya tahu banyak hal. Tahu tentang filosofi hidup, tahu agama bahkan tahu banyak tentang sejarah bangsa Yahudi, Israel, AS dlsb. Yang saya belajar dari Bas, adalah bahwa Allah selalu punya cara untuk menunjukan keajaiban-Nya.
Bas, setahun lalu menikah dengan seorang guru, sarjana, lulusan pondok pesantren pula. Pertimbangan Bas, berani melamar bidadarinya itu, karena tahu perempuan yang sekarang menjadi istrinya adalah bukan guru, atau kemapanannya tapi karena bidadarinya tersebut ngajar ilmu agama dan lulusan ponpes.
Beberapa bulan lalu, Bas dan Istrinya dikurniai seorang anak. Lantaran ini, Bas mencari tambahan kerja dengan menjadi tukang parkir di taman rakyat Slawi. Bayangkan, pagi hingga siang Bas kerja di DKP, sore hingga jam 12 malam Bas berdinas di Trasa. Begitu, berulang.
Senin, 03 Februari 2014
Berkunjung Ke Dunia Kedua ( IRC 4 )
Judul Buku : Teman Baru
Penulis : Erna Fitrini
Penerbit : Rainbow, Andi Publisher, Yogyakarta
Harga : Rp. 20.000
Tebal Buku : 60 hal
Tahun Terbit : 2013
ISBN : 978-979-29-4100-5
Setelah
bapak-ibunya meninggal karena kecelakaan, Aquana tinggal bersama Nenek dan Kakek Ridwan yang sering dianggap
aneh oleh teman-teman barunya. Aquana juga dianggap aneh karena memilik telapak
tangan yang kebiru-biruan
Suatu
hari Aquana berkenalan dengan Akon, gadis cilik yang aneh. Akon suka sekali
memunguti bunga tanjung di pinggir jalan. Tiyas dan Garin teman sekelas di
sekolah baru Aquana sudah memperingati agar dirinya jangan bermain dengan Akon.
Karena penasaran, Aquana tidak
menghiraukan nasehat Tiyas dan Garin.
Singkatnya Akon dan Aquana menjadi akrab. Suatu hari Akon mengajak
Aquana memasuki negeri Dunia Kedua dengan cara menabur bunga tanjung membentuk
lingkaran.
Di
Dunia Kedua mereka bertemu dengan Ratu Candybelle. Karena Aquana memiliki
telapak tangan yang kebiruan, Ratu Candybelle meminta Aquana menjadi penduduk
tetap Dunia Kedua.
Meski
Dunia Kedua indah, asri, Aquana ragu-ragu untuk menjadi penduduk tetap negeri
tersebut karena kasihan dengan Nenek dan Kakek Ridwan yang selama ini sudah
berbaik hati mengasuhnya. Aquana tidak bisa pulang ke rumah Kakek Ridwan karena
saat itu, Dunia kedua tak sengaja kemasukan penduduk yang jahat. Dan Ratu
Candybelle meminta tolong pada Akon dan Aquana untuk mengusir penjahat
tersebut.
Jadikah
Aquana menetap di Dunia Kedua? Dapatkah Aquana dan Akon menolong Ratu
Candybelle?
Teman Baru, menggabungkan cerita realitas keseharian dengan fiksi fantasi. Termasuk baru dalam novel anak. Sayangya alur yang agak lambat dan konflik yang kurang tajam berpotensi pembaca anak meninggalkan bacaan sebelum cerita berakhir. Jujur saya lebih suka dengan cara bercerita Erna Fitrini saat menulis di majalah Bobo, Kompas Anak dll. Semoga di serial Dunia Kedua berikutnya, akan jauh lebih bagus dari novel Teman Baru. Amiin.
Sabtu, 01 Februari 2014
Kyla Ingin Menjadi Princes ( IRC-3 )
Judul Buku : Princess Badung
Penulis : Veronica W.
Penerbit : Tiga
Ananda Solo
Ukurun/Tebal buku :
21cm/64 halaman
Harga Buku : Rp
22.000
Kyla
gadis kecil yang aktif, gesit dan kreatif.
Oleh karena itu, Kyla bercita-cita untuk menjadi seorang Princess.
Cita-cita Kyla untuk menjadi seorang Princess terkabul ketika Eyang Putri dan
Ibunya meminta Kyla menjadi Patahan atau pengipas pengantin di acara pernikahan
Tante Ruri. Sayangnya saat bertugas menjadi patahan, Kyla melakukan kehebohan
sehingga mendapat julukan Princess Badung.
Berbagai
cara Kyla lakukan untuk memulihkan nama baik agar tidak dijuluki Princess
Badung lagi. Mulai dari belajar mandiri, belajar menari, belajar membuat
aksesori , juga belajar memasak.
Namanya
juga Princess Badung, saat ingin membeli kaos dengan cara mengumpulkan uang
dari ojeg payung, justeru payung Kyla yang hilang. Ketika belajar menari,
selendang sampor warisan ayahnya juga sobek dan kehebohan-kehebohan lainnya.
Apasih
yang dilakukan Kyla sehingga dijuluki Princess Badung? Kehebohan apa saja yang
terjadi saat Kyla hendak memulihkan nama baik? Dapatkah kyla menjadi Princess
sesungguhnya? Teman-teman baca sendiri bukunya ya..!
Ohya
novel anak yang ditulis Kak Veronica W. ini, ceritanya sangat menghibur.
Terkadang bikin tertawa, ada cerita sedihnya, ada hikmahnya. Pokoknya seru deh.
Selamat membaca Ya..!
Langganan:
Postingan (Atom)
Anak Suamiku
Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna
-
Judul Buku : Cinta Laki-Laki Biasa Pengarang : Asma Nadia dkk Penerbit : Asma Nadia Publishing...
-
Jujur Untuk Selamanya Oleh Sutono Adiwerna Sudah tiga bulan ini, ayah Nino membuka kios buah di depan rumah. Mula-mula...
-
Judul buku : Sahabat Sejatiku Penulis : Farras Salsabila Penerbit : Tiga Ananda, Tiga Serangkai Solo Tahun Terbit : April 2013 Tebal : 8...
-
Judul Buku : My Sweet Heart Penulis : Amira Budi Mutiara Penerbit : Dar Mizan Anak ( KKPK ) Cetakan : Pertama Februari 2009 ...
-
Jumat malam, saya belum mendapatkan materi apa yang akan disampaikan saat kelas menulis di SDIT BIAS nanti. Malam itu, saya iseng beres bere...
-
Mereka meninggal di usia yang muda. Meski telah tiada karya mereka masih teringat bahkan ada yang sampai sekarang mempunyai Fans Page yang m...
-
1. Setting TK tempat Ade Irma Suryani. Saat Ade Irma dkk bermain, latar lagunya Lihat kebunku . Lihat Kebunku penuh dengan bunga...
-
Judul buku : Di bawah naungan cahaya-Mu Penulis : Desi Puspitasari Tahun terbit : September 2007 Tebal buku : 192 halaman Harga : ...
-
Baru baru ini, di kelas menulis SDIT Usamah Tegal, saya meminta murid2 untuk mencurahkan isi hati dalam sepucuk surat. Mau tahu isinya..? 1...
-
Rasa pertama ketika Bu Endah akan mengajar Bahasa Inggris di kelas kami, 3 IPS 4 adalah gemetar. Pertama karena bahasa Inggrisku memang anc...