Selasa, 25 Februari 2014

Abdurrahman bin Auf, Orangkaya yang gemar bersedekah ( IRC 6 )

Judul buku : Teka-teki Abdurrahman bin Auf
Penulis : Nelfi Syafrina
Penerbit : Tiga Ananda, TS, Solo
Ukuran/Tebal buku : 26,5cm/ 24 halaman
Tahun Terbit : November 2013
Harga : @25.000

Abdurrahman bin Auf  berasal dari suku Zuhr. Beliau adalah sahabat Rasulullah yang memiliki kekayaan sangat banyak. Ketika Rasululloh mengajak semua umat Islam bersedekah, Abdurrahman bin Auf tak ketinggalan memberikan sebagian hartanya untuk kepentingan umat Islam. Abdurrahman juga ikhlas meninggalkan semua hartanya di Mekah untuk mengikuti Rasulullah hijrah ke Madinah. Di Madinah, Aburrahman bin Auf juga mencari rezeki dengan cara berniaga. Ketika perdagangannya berhasil, sukses, Abdurrahman membagi sepertiga hartanya untuk orang miskin di Madinah, sepertiga lain untuk usahanya dan sepertiga terakhir untuk diberikan kepada orang miskin.

Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf diberi tugas menjaga Ummul Mukminin dan di jadikan tempat bertanya tentang agama oleh para sahabat lainnya.

Membaca buku ini, selain mengenal lebih dekat sosok Abdurrahman bin Auf, selain ilustrasi yang menawan, setiap halaman disertai halaman game berupa teka-teki sehingga buku ini tidak membosankan. Selamat Membaca ya....

Puisi-puisi Wiji Thukul

1. Sajakku

Sajakku adalah kata-kata
yang mula menyumpal di tenggorokan
lalu dilahirkan ketika ku ucapkan

Sajakku adalah kata-kata
yang mula-mula bergulung-gulung
dalam perasaan
lalu dilahirkan ketika kuucapkan

Sajakku adalah kebisuan
yang sudah kuhancurkan
sehingga aku bisa mengucapkan
dan engkau mendengarkan
sajakku melawan kebisuan

2.Jangan lupa kekasihkku

Jangan lupa kekasihku
jika kau berjalan-jalan
yang tidur di emperan itu
tetangga kita kekasihku

Jangan lupa kekasihku
jika kau ditanya siapa mertuamu
jawablah yang menarik becak itu
bapakmu kekasihku

Jangan lupa kekasihku
bila kau ditanya namamu
sebut saja namamu, itu namamu
kekasihku


Senin, 17 Februari 2014

Warsih


Warsih mengarahkan bola mata keluar jendela dewi. Dewi sri jurusan Tegal-Jakarta telah membawanya masuki wilayah brebes. Tepatnya di pasar bawang klampok. Pasar yang diapit areal pesawahan yang luas menghampar kelihatan penuh sesak. Ada yang sedang menimbang bawang., mengikat bawang , ada pula yang sedang tawar menawar dengan tengkulak. Yang menyita perhatian ialah sekelompok anak kecil yang sedang mengais sisa-sisa bawang yang tercecer. Warsih teringat masa kanaknya. Kau saja Warsih bisa mengembalikan diri kemasa kecilnya., Warsih ingin tetap abadi menjadi  Warsih kecil. Karena dimasa itulah keriangan demi keriangan dilalui.
****
Hari itu. Setelah empat puluh hari meninggalnya bapak, emak kedatangan tamu seorang wanita paroh baya. Kaos hijau menyala membungkus kete lekuk tubuh suburnya. Rambutnya keriting paling muktahir. Lipstiknya merah menyala berpadu dengan bedak tebal menutupi garis-garis ketuannya. Warsih sendiri baru kali ini melihat wanita yang lebih mirip toko emas berjalan tersebut .
            “Enok kesini emak mau ngomong”
            “Sebentar ya mak, Warsih ganti baju dulu”
            “Y a.sana. T api aja suwe-suwe. Yu Kamsah sudah menunggu kamu sejak tadi.”
            Warsih memasuki kamarnya yang hanya terlindung tirai bergambar kembang sepatu. Warnanya kuning kusam. Digantinya seragam biru putihnya dengan kaos oblong dipadakan dengan rok selutut yang berwarna kelabu.
” Sih” Yu Kamsah akan mengajakmu bekerja. Gajinya besar. Tidak pakai rupiah tapi ringgit yang nilainya jauh lebih besar. Iya kan Yu? ‘’ kata emak semangat.
“ bekerja” pekik Warsih kaget  “ tapi warsih kan masih sekolah” lanjut Warsih
 “Sekolah kan mengelurkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi adikmu masih kecil-kecil. Apa kowen ora melas karo emakmu” Yu Kamsah tiba-tiba bersuara
‘’Enok kesempatan tidak datang dua kali. Kalau tidak sama kamu pada siapa lagi emak minta tolong” mata emak berkaca-kaca. Ada pengharapan disana
Begini saja sih. Kalau kamu bersedia nati kamu dan adik kamu, yu kamsah ajak kamu ke BP ( Banjaran Permai) disana kamu boleh pilih baju sesukamu”. Bujuk Yu Kamsah lagi.
BP atau Banjaran Permai adalah swalayan yang berdiri di tengah-tengah jalur kota ini. Memang tak pernah sepi pengunjung. Selain letaknya strategis, BP juga mempunyai mutu yang sama baiknya dari segi barang yang sediakan maupun dari segi pelayanan.
Entah sudah berapa kali Warsih ke BP. Puluhan mungkin kerena secara kebetulan letaknya cuma beberapa meter dari sekolah tempat Warsih belajar. Meski sering ke BP bukan berarti Warsih sering pula belanja seperti pengunjung BP lainya . Warsih hanya melihat-lihat. Kalau pun membeli biasanya cuma sabun mandi, odol, atau beberapa bungkus mie instant.
Sekarang ada orang yang berbaik hati membelikan baju dari outlet yang ada di BP. Biasanya, paling banter baju- baju yang Warsih kenakan di beli dari kios emperan toko itupun setahun sekali pas lebaran. Sekarang Bapak sudah tak ada. Siapa yang akan memenuhi kebutuhan sandang dirinya dan kedua adiknya.
"Keputusan di tanganmu nok, emak tak berhak memaksamu. Karena kamu yang akan menjalani. Tapi, berpuluh-puluh bahkan ratusan orang ingin bekerja di luar negri mereka rela mengeluarkan uang ratusan hingga jutaan rupiah. Sedang kamu gratis...tis". Kata mak Saedah memecah kebisuan.
Warsih diam menerawang kelangit-langit rumah. Dilihatnya genteng- genteng yang tak berternit. Warnanya kusam. Di sana sini terdapat lubang- lubang kecil yang kalau musim hujan airnya bisa menerobos bebas. Demikian juga dindingnya banyak yang terkelupas rnenampakan batu bata. Semuanya minta di perbarui. Kalau hanya mengandalkan penghasilan emak dari buruh di pabrik teh  tidak mungkin cukup. Untuk makan saja susah. Belum lagi biaya sekolah dua adiknya. Warsiti dan Warsito.
“Bagaimana Sih , gelem apa ora kalau tidak mau katakana. Jangan sungkan-sungkan biar saya segera mencari orang lain” desak Yu Kamsah.
Warsih mengangguk ragu. Warsih bingung sebab beberapa bulan lagi ujian akan dilaksanakan. Sebagai siswa kelas tiga otomatis Warsih tercatat sebagai peserta UN. Tapi kondisi keluarga menuntut uluran tangan sebagai anak sulung.
“Nah begitu, namanya anak yang berbakti “ Yu Kamsah girang alang kepalang.
Besok pagi kita BP untuk belanja keperluanmu Warsih.Malamnya baru kita berangkat biar kita sampai di Jakarta pagi- pagi. Soalnya yang bersangkutan janji jemput kamu jam 8 pagi.
“Warsih, minggu kemarin kamu belum mengisi uang kas kelas. Jadi kamu harus mem bayar dua ribu sama kas minggu ini". Kata Wati ketus seraya menyodorkan buku kas kelas.
"Maaf  Wat, aku tidak punya uang lagi. Aku cuma punya uang seribu itupun buat ongkos pulang".
"Payah kamu. Masa dua ribu aja kamu tak punya"
Warsih menunduk dalam. Seandainya, Wati tahu kalau untuk sampai ke sekolah saja Warsih harus mengilokan kertas bekas ulangan atau fotokopian materi pelajaran yang sudah tidak terpakai kepada yu Lasmi penjual nasi bungkus tetangganya.
"Seribu, tak apa- apa wis daripada tidak sama sekali"
"Tapi............."   
"Tidak ada tapi -tapian. Peraturan harus tetap di tegakan masalah kamu pulang jalan kaki kek, ngesot kek, itu bukan urusan saya". Paksa Wati.
Kejadian seperti itu memang kerap dialami Warsih. Saat ujian semesteran misalnya, Warsih terpaksa mengantri dan berdesakan bersama puluhan siswa lainnya untuk mendapatkan kartu sernentara sebagai syarat untuk bisa menigkuti ujian semesteran. Terkadang Warsih bertanya apakah yang berhak pandai, pinter cuma orang- orang kaya?.
Mengingat itu membuat Warsih makin mantap untuk meyambut ajakan Yu Kamsah
****
Di perjalanan menuju ibukota, Yu Kamsah tak henti- hentinya berpesan agar Warsih di ganti namanya menjadi Asih. Umur di ubah menjadi sembilan belas bukan lima belas tahun. Domisili diubah menjadi Brebes bukan Tegal lagi. Tapi, kebingungan Warsih dikalahkan niatnya untuk merubah nasib. Dikhayalkanya, rumah Warsih tak bocor lagi kala musim hujan datang, warna temboknya cerah ceria tak lagi kusam dan buram, adiknya Warsiti dan Warsito bisa sekolah dengan lancar tidak dihina dan direndahkan seperti yang kerap dialami Warsih selama ini.
Sesampainya di bandara Sukarno-Hata, Warsih makin bingung karena Yu Kamsah tidak segera mengajak Warsih ke suatu tempat. Tempat penampungan misalnya. Bukankah lazim kalau seorang TKW seperti warsih perlu di bekali keterampilan. Bahasa misalnya.apalagi Warsih yang belia dan belum lulus SMP
"Yu, biasanya kalauTKW kan ke tempat penampungan terlebih dahulu ." tanya Warsih pelan dan hati - hati.
“Nggak perlu Warsih, soalnya kamu sudah pasti dapat majikan jadi tidak perlu di tampung segala. Soal bahasa, tidak jauh beda dengan bahasa kita cuma beda pengucapanya saja". Jelas Yu  Kamsah panjang lebar.
Sejam berlalu orang yang ditunggu Yu Kamsah tak kunjung datang. Warsih makin bingung, takut, melihat Yu Kamsah panik. Lebih takut lagi manakala Yu Kamsah baru menyadari kalau handphonenya tidak terbawa
"Warsih kamu tunggu disini.  Yu Kamsah mau cari Wartel sebentar"
"Inggih yu"
Warsih mengambil TTS dari tas. Buku teka teki silang  yang dibelinya pada agen koran yang mangkal di terminal Tegal sebelum menuju Jakarta.
"Warsih.......koen Warsih kan?". Suara
wanita dengan bahasa tegalan yang kental membuyarkan kosentrasi Warsih.
"Yu Tinah ya". Tanya Warsih memastikan. "Koen mrene karo sapa". "Aku kesini sama yu Kamsah"
"Apa... Yu... ..Kamsah, Yu Kamsah yang gendut, Yu Kamsah yang menor, Yu Kamsah yang kayak tangan dan lehernya mirip toko emas berjalan"?
"Inggih leres"
"Aduh gaswat.. .terus Yu Kamsah kemana ".
"Lagi ke wartel katanya HP-nya tak terbawa".
"Kamu patut bersyukur Warsih, sekarang ayo ikut yu Tinah"
"Ikut kemana"
"Nanti di perjalanan Yu Tinah jelaskan"
****
Warsih mengucapkan syukur berkali-kali karena lolos dari perangkap Yu Kamsah.
Dari Yu Tinah Warsih tahu kalau Yu Kamsah sering memperdagangkan gadis desa yang lugu ke pria- pria hidung belang. Yu Tinah salah satu korbannya. Karena Yu Kamsah,  Yu Tinah pernah terjerembab kedunia hitam. Beruntung ada lelaki yang mengangkatnya dari dunia nista meski lelaki itu cuma tukang parkir disekitar Bandara.
Bis Dewi Sri sampai keterminal Tegal. Tiba- tiba suasana kelas yang riuh ramai saat guru mapel absen atau suasana kelas yang sepi, lengang saat mengerjakan soal ulangan, datang menyergap. Dibulatkannya tekad untuk terus dan terus sekolah seberat dan sesulit apapun. Biarlah genteng yang perlu diganti, dinding rumah yang cerah, baju- baju bagus tinggal mimpi. Ya cuma mimpi

NB..cerpen ini ada di kumcer Akulah Pencuri Itu. Sebelumnya dimuat di majalah Edukita th 2008


Kamis, 13 Februari 2014

Opal Si Pendongeng Cilik ( IRC 5 )

Judul buku : Opal, Jagoan Dongeng
Penulis : Naufal Mohamad
                : Yuniar Khairani ( Co Writer )
Penerbit : Tiga Ananda, Solo
Tebal buku : 88 hlm
Harga : Rp. 22.000
ISBN : 978-602-257-273-2
Tahun Terbit : Mei 2013

                Naufal Muhamad. Atau biasa dipanggil Opal, adalah putra Bapak Agus Eko Wantoro dan Ibu Henny Rahma Dwiyanti. Lahir di Yogyakarta Th 2000
                Meski baru berumur 13 th, Opal punya prestasi segudang. Dua diantaranya, pendongeng terbaik Festival Dongeng Nusantara pada th 2012 dan Juara 1 lomba cerita Islami Festival Anak Soleh Indonesia thn 2011
                Buku Opal, Jagoan Dongeng menceritakan keseharian Opal. Bagaimana Opal Si Pendongeng Cilik di rumah, di sekolah dan lingkungan sekitar rumahnya tepatnya di Yogyakarta.
                Sebelum menjadi pendongeng cilik yang cukup terkenal, Opal rajin mengikuti lomba demi lomba. Mulai dari lomba mewarnai, menempel, lomba Azan, lomba bercerita hingga lomba Pidacil ( Pemilihan Dai Cilik ). Opal tak selalu menang, Opal pernah kalah di lomba Pidacil. Tapi kegagalah bagi Opal tak boleh mematahkan semangat.

                Buku ini membuat kita termotivasi agar tak mudah menyerah saat gagal. Dan mengigatkan kita bahwa menjadi orang hebat harus tetap bersahaja dan rendah hati. Berprestasi tak harus di dapatkan dengan peralatan mahal. Dalam kesederhanaan tak berarti seorang tak bisa berprestasi. 

Buku ini sayang untuk di lewatkan. Hanya saja ada yang mengganggu di Bab Pertama, Aku Senang Menjadi Diriku. Di bab ini, penulis menceritakan banyak hal mulai dari hobi, makanan kegemaran, keluarga, teman-teman di sekolah hingga bercerita tentang kakeknya yang penyayang tanpa bantuan sub bab sehingga terlihat amat panjang dan membosankan. Untungnya di bab berikutnya sedikit lebih fokus. Secara keseluruhan isinya bagus. Semoga buku ini bisa menginpirasi pembaca anak dalam meraih cita-cita.

Selasa, 11 Februari 2014

Bas, Akhirnya jadi PNS

Zaman sekarang, buat sebagian orang menjadi PNS adalah mimpi besar. Terlebih buat orang-orang yang sudah mengabdi di kantor sebagai tenaga honorer. Pagi tadi di koran Radar Tegal terdaftar daftar honorer yang terjaring menjadi PNS tahun ini. Di dinas Kabupaten Tegal, saya mendapati beberapa nama yang saya kenal, baik itu teman sekedar kenal, teman saat saya bekerja di CV Melati, teman SD, SMP, hingga SMA terjaring menjadi PNS.

Dan yang ingin saya ceritakan di sini adalah teman saya Bas. Basuki Parizal lengkapnya, belakangan saya tahu honorer di lingkungan DKP ini, adalah kakak kandung teman saya di SMA, Baharudin. 

Meski ngarya di lingkungan pertamanan, memegang mesin pemotong rumput, kalau saya ngobrol dengan Bas teman saya ini, ngobrolnya bukan sekedar ngobrol ngalor-ngidul tak jelas. Bas, bagi saya tahu banyak hal. Tahu tentang filosofi hidup, tahu agama bahkan tahu banyak tentang sejarah bangsa Yahudi, Israel, AS dlsb. Yang saya belajar dari Bas, adalah bahwa Allah selalu punya cara untuk menunjukan keajaiban-Nya.

Bas, setahun lalu menikah dengan seorang guru, sarjana, lulusan pondok pesantren pula. Pertimbangan Bas, berani melamar bidadarinya itu, karena tahu perempuan yang sekarang menjadi istrinya adalah bukan guru, atau kemapanannya tapi karena bidadarinya tersebut ngajar ilmu agama dan lulusan ponpes. 

Beberapa bulan lalu, Bas dan Istrinya dikurniai seorang anak. Lantaran ini, Bas mencari tambahan kerja dengan menjadi tukang parkir di taman rakyat Slawi. Bayangkan, pagi hingga siang Bas kerja di DKP, sore hingga jam 12 malam Bas berdinas di Trasa. Begitu, berulang.

Pagi tadi adalah pagi terindah bagi Bas dan keluarganya. Bertahun ngarya, akhirnya namanya tercantum sebagai peserta seleksi K2 yang lolos menjadi PNS. Barakallah Bas, Allah selalu punya cara menunjukan keajaibannya untukmu, untuk kita.

Senin, 03 Februari 2014

Berkunjung Ke Dunia Kedua ( IRC 4 )

Judul Buku : Teman Baru
Penulis : Erna Fitrini
Penerbit : Rainbow, Andi Publisher, Yogyakarta
Harga : Rp. 20.000
Tebal Buku : 60 hal
Tahun Terbit : 2013
ISBN : 978-979-29-4100-5

                Setelah bapak-ibunya meninggal karena kecelakaan, Aquana tinggal bersama  Nenek dan Kakek Ridwan yang sering dianggap aneh oleh teman-teman barunya. Aquana juga dianggap aneh karena memilik telapak tangan yang kebiru-biruan
                Suatu hari Aquana berkenalan dengan Akon, gadis cilik yang aneh. Akon suka sekali memunguti bunga tanjung di pinggir jalan. Tiyas dan Garin teman sekelas di sekolah baru Aquana sudah memperingati agar dirinya jangan bermain dengan Akon. Karena penasaran,  Aquana tidak menghiraukan nasehat Tiyas dan Garin.
                Singkatnya  Akon dan Aquana  menjadi akrab. Suatu hari Akon mengajak Aquana memasuki negeri Dunia Kedua dengan cara menabur bunga tanjung membentuk lingkaran.
                Di Dunia Kedua mereka bertemu dengan Ratu Candybelle. Karena Aquana memiliki telapak tangan yang kebiruan, Ratu Candybelle meminta Aquana menjadi penduduk tetap Dunia Kedua.
                Meski Dunia Kedua indah, asri, Aquana ragu-ragu untuk menjadi penduduk tetap negeri tersebut karena kasihan dengan Nenek dan Kakek Ridwan yang selama ini sudah berbaik hati mengasuhnya. Aquana tidak bisa pulang ke rumah Kakek Ridwan karena saat itu, Dunia kedua tak sengaja kemasukan penduduk yang jahat. Dan Ratu Candybelle meminta tolong pada Akon dan Aquana untuk mengusir penjahat tersebut.
                Jadikah Aquana menetap di Dunia Kedua? Dapatkah Aquana dan Akon menolong Ratu Candybelle?
                Teman Baru, menggabungkan cerita realitas keseharian dengan fiksi fantasi. Termasuk baru dalam novel anak. Sayangya alur yang agak lambat dan konflik yang kurang tajam berpotensi pembaca anak meninggalkan bacaan sebelum cerita berakhir. Jujur saya lebih suka dengan cara bercerita Erna Fitrini saat menulis di majalah Bobo, Kompas Anak dll. Semoga di serial Dunia Kedua berikutnya, akan jauh lebih bagus dari novel Teman Baru. Amiin.

Sabtu, 01 Februari 2014

Kyla Ingin Menjadi Princes ( IRC-3 )



Judul Buku :  Princess Badung
Penulis : Veronica W.
Penerbit : Tiga Ananda Solo
Ukurun/Tebal buku : 21cm/64 halaman
Harga Buku : Rp 22.000
                Kyla gadis kecil yang aktif, gesit dan kreatif.  Oleh karena itu, Kyla bercita-cita untuk menjadi seorang Princess. Cita-cita Kyla untuk menjadi seorang Princess terkabul ketika Eyang Putri dan Ibunya meminta Kyla menjadi Patahan atau pengipas pengantin di acara pernikahan Tante Ruri. Sayangnya saat bertugas menjadi patahan, Kyla melakukan kehebohan sehingga mendapat julukan Princess Badung.
                Berbagai cara Kyla lakukan untuk memulihkan nama baik agar tidak dijuluki Princess Badung lagi. Mulai dari belajar mandiri, belajar menari, belajar membuat aksesori , juga belajar memasak.
                Namanya juga Princess Badung, saat ingin membeli kaos dengan cara mengumpulkan uang dari ojeg payung, justeru payung Kyla yang hilang. Ketika belajar menari, selendang sampor warisan ayahnya juga sobek dan kehebohan-kehebohan lainnya.
                Apasih yang dilakukan Kyla sehingga dijuluki Princess Badung? Kehebohan apa saja yang terjadi saat Kyla hendak memulihkan nama baik? Dapatkah kyla menjadi Princess sesungguhnya? Teman-teman baca sendiri bukunya ya..!
                Ohya novel anak yang ditulis Kak Veronica W. ini, ceritanya sangat menghibur. Terkadang bikin tertawa, ada cerita sedihnya, ada hikmahnya. Pokoknya seru deh. Selamat membaca Ya..!

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna