Minggu, 17 November 2013

My Books

Akhirnya terbit juga.. monggo di order

Judul Buku : KEMUNING
Penulis : Sutono Adiwerna
Penerbit : Puput Happy Publishing
Cetakan : Cetakan Pertama, November 2013
Isi : iv + 100 Halaman; 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-7806-25-2
Harga : Rp 25.000,-

Sinopsis

Kalau kau melintas di Karanganyar tepatnya tiga kilo meter dari gerbang perbatasan antara Kota dan Kabupaten Tegal dan engkau mendapati seorang perempuan dengan tubuh ramping berwajah ayu yang tak henti memaki pengguna jalan yang melintas, bisa jadi perempuan yang kau jumpai itu Kemuning.
Kemuning merangkum kumpulan cerita yang ditulis dengan gaya sederhana, mengalir dan enak dibaca. Ada cerita tentang pemuda yang mencintai orang gila, ada kisah tentang seorang lelaki sederhana yang ingin sekali naik haji, dan ada cerita tentang Sekar yang tragis. Ada juga tentang kisah pilu Seruni dan cerita-cerita lainnya. Selamat membaca.

Senin, 11 November 2013

Di balik acara Bahagia Dengan Menulis





                Jam setengah satu siang, United saya berhenti di masjid pondok, Karang anyar Tegal. Ketika hendak melepas lelah barang sebentar usai salat duhur, saya mendapat sms dari sdri Eri. Isinya,”Afwan, jam satu kurang antum bisa sampai di BMT Bum?” saya menjawab tanpa kata Insyaallah, “Kalau jam satu bisa”
                United saya pun melaju lagi menuju kantor BMT Bum, Jl Perintis Kemerdekaan tempat di mana Flp Tegal akan mengadakan diskusi kepenulisan dengan tema Bahagia dengan Menulis bersama ustad Cahyadi Takariawan.
                Entah bagaimana muasalnya, meski bukan kali pertama ke kantor Bum, saya terkesiap ketika tersadar saya salah jalan. Ketika menengok jam di HP, jam sudah menunjukan pukul setengah dua siang sementara posisi saya ternyata di jalan Setia Budi.
                Sebelum bertanya ke orang lain, saya pun melanjutkan lagi mengayuh united saya. Dan ternyata…saya nyasar lagi. Kali ini bahkan di jalan yang sebelumnya pernah saya lalu. Saya pun bertanya ke seorang bapak, tapi nihil karena si bapak mengaku pendatang. Langsung saya bertanya ke tukang parkir di mana jalan perintis kemerdekaan atau jalan poso. Hasilnya, saya berusaha menahan kesal karena si bapak tukang parkir menjawab dengan respon yang kurang baik.
                Titik terang terlihat setelah saya memberanikan diri bertanya ke pak polisi yang berada di pos penjagaan.
                Singkatnya, saya pun sampai di BMT Bum dengan kaos penuh keringat. Setelah menyapa mas Ali irfan, mba Eri dan adiknya yang tengah memasang spanduk, saya pun langsung menuju kamar mandi, cuci muka dan berwudu.
                Pukul  14.00 Wib, acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Alqur’an , dilanjutkan dengan sambutan ketua Forum Lingkar Pena Tegal. Kurang lebih 15 menit kemudian, Ust Cahyadi Takariawan membagikan ilmunya dihadapan 40-an peserta yang memadati lantai 2 gedung BMT BUM yang beralamat di jalan perintis kemedekaan Tegal ini.
                Menurut Pak Cah ( demikian beliau biasa di sapa ) menulis selain membahagiakan, menulis juga merupakan tradisi para ulama, menulis juga adalah terapi. Tiga langkah untuk  menjadi penulis antara lain, memiliki modal untuk menjadi penulis, memulai menulis dan terakhir sosialisasi dan promosi karya.

                Sebelum  menutup acara diskusi, penulis buku Di Jalan Dakwah Aku menikah, Pernak-pernik Rumah Tangga Islami, Wonderfull Family ini berpesan “ Ayo terus menulis, karena menulis itu menyehatkan dan membahgiakan hati “

profil saya di blog pemkab tegal

sutono http://www.tegalkab.go.id/news.php?id=500&page=49

Senin, 04 November 2013

Tulisan tiga tahun lalu


Jauh sebelum Ki Entus Susmono diamanahi menjadi ketua Banser ( Barisan Serbaguna) Kab Tegal, dalang mbeling asal Desa Bengle kecamatan Talang, kabupaten Tegal ini selain menyisipi humor khas Tegalan dalam menjalankan lakon wayang goleknya, Ikon Tegal dalam pentas nasional ini juga kerap memberi materi dakwah dalam setiap pementasannya. Maka tak heran ketika dalang yang mahir berolah vokal dan bersalawat ini ketika diamanahi menjadi ketua Banser beliau sekarang kerap diminta mengisi acara-acara ke-Islaman khas kaum Nadhiyin. Semisal Mauludan,Halal bi halal termasuk acara Harlah GP Ansor yang ke 76

Dalam rangka Harlah GP Ansor ke 76, GP Ansor Ranting Desa Harjosari Kidul kemarin tepatnya tanggal 3 Mei 2010 mengundang Ki Entus untuk bertausiah dihadapan sekitar kurang lebih seribu orang yang memadati komplek Musala Nurhidayah yang letaknya beberapa meter dari tempat saya tinggal

Meski datang tanpa membawa sinden, panjak ( asisten dalang), gamelan plus penabuhnya, serta wayang Ki Enthus tak lantas kehilangan magnetnya. Sebelum beliau bertausiah beliau menceritakan perjalanan karirnya di pentas Wayang nasional. Ada beberapa pembeda antara Ki Entus dan dalang lainnya. Antara lain, beliau kerap bershalawat nabi, menggunakan bahasa khas tegal saat mendalang, serta menyisipi syiar islam plus membuat kelir wayang dari kaligrafi berlafaskan syahadat.

Kurang lebih seribu pengunjung dibikin diam tanpa beranjak hingga hitungan jam ke 3, mereka seolah terhipnotis dengan joke-joke segar yang kadang sedikit nakal, serta kritik terhadap pemerintah tanpa tedeng aling-aling.

Jujur karena ikut larut dengan joke-joke beliau saya kesulitan menemukan wasiat apa yang hendak beliau sampaikan pada pengunjung. Alhamdulillah meski kesulitan saya menemukan pesan-pesan beliau pada pengunjug yakni;
- Membedakan antara yang hak dan batil, Tergantung pada tujuan akhir
- Dimana-mana tempat terdapat yang baik dan buruk
- Teve jangan dijadikan imam
- Kalau kita mau mendaki gunung dari bawah kita melihat sukar dan berat untuk didaki tetapi kalau kita berani memulai melangkah sedikit demi sedikit tak terasa kita sampai dipuncak
- Perlunya kesalehan sosial
- Sholat itu kebutuhan

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna