Setitik Goresan Menuju Plat-Pulpen FLP Tegal
Oleh: Sutono
Mengutip kata sastrawan dan penyair Taufik Ismail “FLP adalah
anugerah dari Allah untuk Indonesia” tidak berlebihan dan sangat pantas
menurut saya. Mustahil kalau FLP Tegal yang sudah vacumsetahun lamanya
dapat menyelenggarakan talk show dan Plat Pulpen menjelang Munas FLP
14-16 Agustus di Solo mendatang.
Ada beberapa hal yang membuat saya sangat yakin bahwa FLP adalah anugerah dari Allah untuk saya, kita dan Indonesia.
& Sekitar tahun 2006 saya mulai bergabung dengan FLP yang
ketika itu diketuai Mba Sinta Yudisia. Sebelumnya saya tak pernah
bermimpi bisa berjumpa sekaligus belajar menulis dari penulis yang saya
kagumi. Tapi di saat saya sedang belajar, tiba-tiba Mba Sinta diboyong
ke Surabaya mengikuti suaminya. Kecewa, sedih Mba Sinta pindah ketika
kami – murid-muridnya – belum bisa mengadopsi ilmunya. Singkatnya kami
seperti anak ayam yang ditinggal induknya. Tapi,
show must go on.
Lama saya berjuang sendiri, menulis, dan menulis. Tanpa ada yang
memberi semangat ketika lagi down. Tidak ada yang mengomentari apa yang
telah saya tulis tersebut. Hingga suatu hari saya mendapat sms dari
seorang yang bernama Fani, yang mengajak menggeliatkan kembali FLP
Tegal. Saya menangkap semangat, sembari menerka-nerka berapa buku yang
telah ia tulis. Berapa puluh judul tulisan yang telah ia sematkan di
media massa, karena jujur saya belum mengenal si pemberi sms itu sama
sekali. Beberapa kali kami mencoba mengadakan pertemuan, tetapi lebih
sering gagal. Bahkan saya dan mas Edi pernah berurusan dengan polisi.
Ceritanya waktu saya menerima telpon dari Fani, lupa memakai helm.
Padahal motor mas Edi sedang melaju.
& Karena didasari niat baik, Allah melalui cara yang unik
mempertemukan kita semua. Saya masih ingat rapat demi rapat yang kita
lakukan sering mbulet-mbulet, karena beberpa hal. Mulai dari orang yang
terpilih menjadi ketua panitia tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi.
Disms, ditelpon tak ada respon, hingga terpaksa diganti. Sampai lokasi
pertemuan yang seadanya. Tapi berkat pengorbanan kawan-kawan semua entah
itu waktu, harta, tenaga, pikiran, akhirnya acara Talk Show bisa
diselenggarakan dengan lancar. Penghargaan saya sebagai orang yang
membutuhkan FLP sering disergap malu karena tidak bisa melakukan suatu
hal melainkan sangat sedikit dibanding kawan-kawan semua. Saya hanya
bisa berdoa semoga apa yang kawan-kawan lakukan merupakan suatu amalan
yang bisa memperberat timbangan kebaikan kita.
& Satu lagi yang menjadi catatan saya yang membuat saya
yakin kalau FLP adalah anugerah dari Allah ialah ketika saya mendengar
kata “Demi FLP wis…” Subhanallah! Allahu Akbar! Kata itu diucapkan dari
mulut Mba Mala, seorang yang bisa dikatakan belum mendapat apapun dari
FLP. Tapi, mampu melakukan sesuatu untuk FLP.
& Akhirnya saya berharap setelah acara talk show ini,
kita masih bisa berteman, bersahabat, dan saling bergandeng tangan dalam
melakukan kebajikan.