Senin, 11 November 2013

Di balik acara Bahagia Dengan Menulis





                Jam setengah satu siang, United saya berhenti di masjid pondok, Karang anyar Tegal. Ketika hendak melepas lelah barang sebentar usai salat duhur, saya mendapat sms dari sdri Eri. Isinya,”Afwan, jam satu kurang antum bisa sampai di BMT Bum?” saya menjawab tanpa kata Insyaallah, “Kalau jam satu bisa”
                United saya pun melaju lagi menuju kantor BMT Bum, Jl Perintis Kemerdekaan tempat di mana Flp Tegal akan mengadakan diskusi kepenulisan dengan tema Bahagia dengan Menulis bersama ustad Cahyadi Takariawan.
                Entah bagaimana muasalnya, meski bukan kali pertama ke kantor Bum, saya terkesiap ketika tersadar saya salah jalan. Ketika menengok jam di HP, jam sudah menunjukan pukul setengah dua siang sementara posisi saya ternyata di jalan Setia Budi.
                Sebelum bertanya ke orang lain, saya pun melanjutkan lagi mengayuh united saya. Dan ternyata…saya nyasar lagi. Kali ini bahkan di jalan yang sebelumnya pernah saya lalu. Saya pun bertanya ke seorang bapak, tapi nihil karena si bapak mengaku pendatang. Langsung saya bertanya ke tukang parkir di mana jalan perintis kemerdekaan atau jalan poso. Hasilnya, saya berusaha menahan kesal karena si bapak tukang parkir menjawab dengan respon yang kurang baik.
                Titik terang terlihat setelah saya memberanikan diri bertanya ke pak polisi yang berada di pos penjagaan.
                Singkatnya, saya pun sampai di BMT Bum dengan kaos penuh keringat. Setelah menyapa mas Ali irfan, mba Eri dan adiknya yang tengah memasang spanduk, saya pun langsung menuju kamar mandi, cuci muka dan berwudu.
                Pukul  14.00 Wib, acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Alqur’an , dilanjutkan dengan sambutan ketua Forum Lingkar Pena Tegal. Kurang lebih 15 menit kemudian, Ust Cahyadi Takariawan membagikan ilmunya dihadapan 40-an peserta yang memadati lantai 2 gedung BMT BUM yang beralamat di jalan perintis kemedekaan Tegal ini.
                Menurut Pak Cah ( demikian beliau biasa di sapa ) menulis selain membahagiakan, menulis juga merupakan tradisi para ulama, menulis juga adalah terapi. Tiga langkah untuk  menjadi penulis antara lain, memiliki modal untuk menjadi penulis, memulai menulis dan terakhir sosialisasi dan promosi karya.

                Sebelum  menutup acara diskusi, penulis buku Di Jalan Dakwah Aku menikah, Pernak-pernik Rumah Tangga Islami, Wonderfull Family ini berpesan “ Ayo terus menulis, karena menulis itu menyehatkan dan membahgiakan hati “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anak Suamiku

Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna