Selain Ki Entus Susmono, dalang asal Kabupaten Tegal yang namanya menasionla bahkan sering mentas di luar negeri adalah dalang wayang suket, Ki Slamet Gundono
Ki Slamet Gundono berasal dari desa Dukuh Salam, Slawi, Tegal. Beberapa kali unjuk kebolehan memainkan anak wayang suket di dataran Eropa dan Amerika
Selasa tanggal 24 Desember 2013 lalu, saya senang sekali akhirnya bisa melihat langsung perfom dalang yang memiliki berat badan 350kg. Hebatnya dengan berat badan yang abnormal tersebut Ki Slamet pernah keliling tujuh kota di Jepang, menari bersama budayawan Sardono W Kusomo ( kebetulan saya punya buku klasik, buku skenario drama film november 1828, dimana Sardono sebagai pemerannya )
Sebelum mentas, pagi menjelang siang itu Ki Slamet berujar, bahwa dirinya bisa seperti sekarang berkat berguru kepada sastrawan seperti Lanang Setiawan, Dwi Eri, Eko Tunas, Yono Daryono ( beliau sekarang ikut mendukung di drama seri laris Tukang Bubur Naik Haji ) dll
Saya semakin terkesima begitu Ki Slamet mementaskan lakon Basukarno cilik sinau urip, yang intinya untuk mencari jatidiri kita harus tak berhenti untuk Iqra. Untuk membaca.
Siang di terminal Tegal, tepatnya di sebelah TBM Sakila Kerti itu, saya belajar lagi untuk tak sombong ketika di puncak setinggi apapun
Kamis, 26 Desember 2013
Sabtu, 21 Desember 2013
Surat dari Ibu
Surat dari Ibu
Karya Asrul Sani
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke laut bebas
Selama angin masih angin buritan
dan matahari menyinari daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tak berpedoman
boleh engkau datang padaku
Kembali pulan anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
kita akan bercerita
"tentang cinta dan kehidupanmu di pagi hari"
Karya Asrul Sani
Pergi ke dunia luas, anakku sayang
Pergi ke laut bebas
Selama angin masih angin buritan
dan matahari menyinari daun-daunan
dalam rimba dan padang hijau
Pergi ke laut lepas, anakku sayang
Pergi ke alam bebas
Selama hari belum petang
dan warna senja belum kemerah-merahan
Jika bayang telah pudar
dan elang laut pulang ke sarang
angin bertiup ke benua
tiang-tiang akan kering sendiri
dan nakhoda sudah tak berpedoman
boleh engkau datang padaku
Kembali pulan anakku sayang
Kembali ke balik malam
Jika kapalmu telah rapat ke tepi
kita akan bercerita
"tentang cinta dan kehidupanmu di pagi hari"
Rabu, 18 Desember 2013
Puisi dari Sahabat Pena
Entah angin apa yang menggerakan tangan saya membuka lemari usang karena dimakan usia. Kabarnya lemari ini dibeli kakak sulung saya sekitar akhir tahun 80-an. Harganya 10rb. Eits tapi bukan tentang lemari yang akan saya bagi di sini. Tetapi puisi dari sahabat pena saya, di kertas yang kutemukan tak sengaja ini, tertera Oktober 1998. Mungkin ini surat terakhir dari sapen saya yg berasal dari Secang, Magelang. Di surat terakhir, sapen saya meminta foto saya dengan teman-teman saya yang berseragam putih abu-abu. Kala itu, selain tak punya kamera, saya juga minder sehingga sedikit sekali punya teman yang akrab. Kala itu juga, saat membaca puisi tersebut saya tak menemukan keistimewaan. Tapi sepagi tadi, ketika saya baca ulang, surat dan puisi dari sapen saya ini terasa begitu istimewa..dan saya bagi untuk teman-teman.
Selamanya
Angin Malam
Balada Dua Remaja
Awal sebuah doanya
Ingat kamu dan janjimu
Dan kini satu saja, pintaku
kutunggu dia ( Suto ) di sini
Kenangan di bulan Oktober
Pertama kali bertemu, lewat surat
denganmu..itu
Selamanya
bersama...selamanya..
Hel-Air.B, Secang, Magelang.
Rabu, 11 Desember 2013
Menumbuhkan Writing Habits
Kebiasaan menulis atau writing habits adalah modal utama menjadi penulis. Nah, salah satu cara dengan menajamkan keahlian tersebut adalah dengan memiliki kebiasaan menulis yang semakin meningkat. Berikut saya tulis tips-tipsnya. Ohya ke 9 tips ini saya ambil dari majalah ar-risallah edisi sept thn 2010.
1. Membuat komitmen. Mengawali kebiasaan baru tidak mudah tanpa adanya tekad yang kuat. Tekad yang kuat akan membuat tubuh dan pikiran mengeluarkan potensi maksimalnya, menemukan solusi dan cara mengatasi probelama. Komitmen juga harus di buktikan dengan membuat buku harian atau blog
2. Lakukan rutin setiap hari di waktu yang sama. Misal di pagi hari setelah salat subuh atau sebelum tidur, teman-teman dapat mengalokasikan waktu setengah, satu jam atau bahkan lebih. jadikan sebagai agenda utama dan tidak boleh diganggu dengan acara lain.
3. Membuat publik komitmen. Misalnya dengan bercanji kepada orang lain bahwa teman-teman akan menulis secara reguler minimal seminggu sekali.
4. Fokus pada bulan pertama. Kunci membentuk kebiasaan baru adalah fokus. Karena jika teman-teman memilik agenda banyak biasanya konsentrasi akan terpecah
5. Tidak ada pengecualian. Tetap disiplin dan konsisten dengan rencana awal. Kegagalan sering terjadi karena teman-teman hanya konsisten pada minggu pertama.
6. Cari motivasi menulis. Contohnya dengan membuat target bahwa tulisan teman-teman harus dimuat di salah satu media cetak. Teman-teman tidak akan berhenti mencoba. Hindari kata "saya menulis untuk iseng-iseng saja"
7. Buat sistem reward dan punishment.
8. Gali terus inspirasi. Banyak baca buku dan buka mata telinga, segenap indra.
9. Buat menulis menjadi menyenangkan. Misalnya dengan mengajak orang lain terlibat. Minimal, akan ada kompetisi kecil yang membuat teman-teman terpacu. Selamat mencoba semoga bermanfaat.
1. Membuat komitmen. Mengawali kebiasaan baru tidak mudah tanpa adanya tekad yang kuat. Tekad yang kuat akan membuat tubuh dan pikiran mengeluarkan potensi maksimalnya, menemukan solusi dan cara mengatasi probelama. Komitmen juga harus di buktikan dengan membuat buku harian atau blog
2. Lakukan rutin setiap hari di waktu yang sama. Misal di pagi hari setelah salat subuh atau sebelum tidur, teman-teman dapat mengalokasikan waktu setengah, satu jam atau bahkan lebih. jadikan sebagai agenda utama dan tidak boleh diganggu dengan acara lain.
3. Membuat publik komitmen. Misalnya dengan bercanji kepada orang lain bahwa teman-teman akan menulis secara reguler minimal seminggu sekali.
4. Fokus pada bulan pertama. Kunci membentuk kebiasaan baru adalah fokus. Karena jika teman-teman memilik agenda banyak biasanya konsentrasi akan terpecah
5. Tidak ada pengecualian. Tetap disiplin dan konsisten dengan rencana awal. Kegagalan sering terjadi karena teman-teman hanya konsisten pada minggu pertama.
6. Cari motivasi menulis. Contohnya dengan membuat target bahwa tulisan teman-teman harus dimuat di salah satu media cetak. Teman-teman tidak akan berhenti mencoba. Hindari kata "saya menulis untuk iseng-iseng saja"
7. Buat sistem reward dan punishment.
8. Gali terus inspirasi. Banyak baca buku dan buka mata telinga, segenap indra.
9. Buat menulis menjadi menyenangkan. Misalnya dengan mengajak orang lain terlibat. Minimal, akan ada kompetisi kecil yang membuat teman-teman terpacu. Selamat mencoba semoga bermanfaat.
Minggu, 17 November 2013
My Books
Akhirnya terbit juga.. monggo di order
Judul Buku : KEMUNING
Penulis : Sutono Adiwerna
Penerbit : Puput Happy Publishing
Cetakan : Cetakan Pertama, November 2013
Isi : iv + 100 Halaman; 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-7806-25-2
Harga : Rp 25.000,-
Sinopsis
Kalau kau melintas di Karanganyar tepatnya tiga kilo meter dari gerbang perbatasan antara Kota dan Kabupaten Tegal dan engkau mendapati seorang perempuan dengan tubuh ramping berwajah ayu yang tak henti memaki pengguna jalan yang melintas, bisa jadi perempuan yang kau jumpai itu Kemuning.
Kemuning merangkum kumpulan cerita yang ditulis dengan gaya sederhana, mengalir dan enak dibaca. Ada cerita tentang pemuda yang mencintai orang gila, ada kisah tentang seorang lelaki sederhana yang ingin sekali naik haji, dan ada cerita tentang Sekar yang tragis. Ada juga tentang kisah pilu Seruni dan cerita-cerita lainnya. Selamat membaca.
Judul Buku : KEMUNING
Penulis : Sutono Adiwerna
Penerbit : Puput Happy Publishing
Cetakan : Cetakan Pertama, November 2013
Isi : iv + 100 Halaman; 13 x 19 cm
ISBN : 978-602-7806-25-2
Harga : Rp 25.000,-
Sinopsis
Kalau kau melintas di Karanganyar tepatnya tiga kilo meter dari gerbang perbatasan antara Kota dan Kabupaten Tegal dan engkau mendapati seorang perempuan dengan tubuh ramping berwajah ayu yang tak henti memaki pengguna jalan yang melintas, bisa jadi perempuan yang kau jumpai itu Kemuning.
Kemuning merangkum kumpulan cerita yang ditulis dengan gaya sederhana, mengalir dan enak dibaca. Ada cerita tentang pemuda yang mencintai orang gila, ada kisah tentang seorang lelaki sederhana yang ingin sekali naik haji, dan ada cerita tentang Sekar yang tragis. Ada juga tentang kisah pilu Seruni dan cerita-cerita lainnya. Selamat membaca.
Senin, 11 November 2013
Di balik acara Bahagia Dengan Menulis
Jam
setengah satu siang, United saya berhenti di masjid pondok, Karang anyar Tegal.
Ketika hendak melepas lelah barang sebentar usai salat duhur, saya mendapat sms
dari sdri Eri. Isinya,”Afwan, jam satu kurang antum bisa sampai di BMT Bum?”
saya menjawab tanpa kata Insyaallah, “Kalau jam satu bisa”
United
saya pun melaju lagi menuju kantor BMT Bum, Jl Perintis Kemerdekaan tempat di
mana Flp Tegal akan mengadakan diskusi kepenulisan dengan tema Bahagia dengan
Menulis bersama ustad Cahyadi Takariawan.
Entah
bagaimana muasalnya, meski bukan kali pertama ke kantor Bum, saya terkesiap
ketika tersadar saya salah jalan. Ketika menengok jam di HP, jam sudah
menunjukan pukul setengah dua siang sementara posisi saya ternyata di jalan
Setia Budi.
Sebelum
bertanya ke orang lain, saya pun melanjutkan lagi mengayuh united saya. Dan
ternyata…saya nyasar lagi. Kali ini bahkan di jalan yang sebelumnya pernah saya
lalu. Saya pun bertanya ke seorang bapak, tapi nihil karena si bapak mengaku
pendatang. Langsung saya bertanya ke tukang parkir di mana jalan perintis
kemerdekaan atau jalan poso. Hasilnya, saya berusaha menahan kesal karena si
bapak tukang parkir menjawab dengan respon yang kurang baik.
Titik
terang terlihat setelah saya memberanikan diri bertanya ke pak polisi yang
berada di pos penjagaan.
Singkatnya,
saya pun sampai di BMT Bum dengan kaos penuh keringat. Setelah menyapa mas Ali
irfan, mba Eri dan adiknya yang tengah memasang spanduk, saya pun langsung menuju
kamar mandi, cuci muka dan berwudu.
Pukul 14.00 Wib, acara dimulai dengan pembacaan
ayat suci Alqur’an , dilanjutkan dengan sambutan ketua Forum Lingkar Pena Tegal.
Kurang lebih 15 menit kemudian, Ust Cahyadi Takariawan membagikan ilmunya dihadapan
40-an peserta yang memadati lantai 2 gedung BMT BUM yang beralamat di jalan
perintis kemedekaan Tegal ini.
Menurut
Pak Cah ( demikian beliau biasa di sapa ) menulis selain membahagiakan, menulis
juga merupakan tradisi para ulama, menulis juga adalah terapi. Tiga langkah
untuk menjadi penulis antara lain,
memiliki modal untuk menjadi penulis, memulai menulis dan terakhir sosialisasi
dan promosi karya.
Sebelum menutup acara diskusi, penulis buku Di Jalan
Dakwah Aku menikah, Pernak-pernik Rumah Tangga Islami, Wonderfull Family ini
berpesan “ Ayo terus menulis, karena menulis itu menyehatkan dan membahgiakan
hati “
Senin, 04 November 2013
Tulisan tiga tahun lalu
Jauh sebelum Ki Entus Susmono diamanahi menjadi ketua Banser ( Barisan Serbaguna) Kab Tegal, dalang mbeling asal Desa Bengle kecamatan Talang, kabupaten Tegal ini selain menyisipi humor khas Tegalan dalam menjalankan lakon wayang goleknya, Ikon Tegal dalam pentas nasional ini juga kerap memberi materi dakwah dalam setiap pementasannya. Maka tak heran ketika dalang yang mahir berolah vokal dan bersalawat ini ketika diamanahi menjadi ketua Banser beliau sekarang kerap diminta mengisi acara-acara ke-Islaman khas kaum Nadhiyin. Semisal Mauludan,Halal bi halal termasuk acara Harlah GP Ansor yang ke 76
Dalam rangka Harlah GP Ansor ke 76, GP Ansor Ranting Desa Harjosari Kidul kemarin tepatnya tanggal 3 Mei 2010 mengundang Ki Entus untuk bertausiah dihadapan sekitar kurang lebih seribu orang yang memadati komplek Musala Nurhidayah yang letaknya beberapa meter dari tempat saya tinggal
Meski datang tanpa membawa sinden, panjak ( asisten dalang), gamelan plus penabuhnya, serta wayang Ki Enthus tak lantas kehilangan magnetnya. Sebelum beliau bertausiah beliau menceritakan perjalanan karirnya di pentas Wayang nasional. Ada beberapa pembeda antara Ki Entus dan dalang lainnya. Antara lain, beliau kerap bershalawat nabi, menggunakan bahasa khas tegal saat mendalang, serta menyisipi syiar islam plus membuat kelir wayang dari kaligrafi berlafaskan syahadat.
Kurang lebih seribu pengunjung dibikin diam tanpa beranjak hingga hitungan jam ke 3, mereka seolah terhipnotis dengan joke-joke segar yang kadang sedikit nakal, serta kritik terhadap pemerintah tanpa tedeng aling-aling.
Jujur karena ikut larut dengan joke-joke beliau saya kesulitan menemukan wasiat apa yang hendak beliau sampaikan pada pengunjung. Alhamdulillah meski kesulitan saya menemukan pesan-pesan beliau pada pengunjug yakni;
- Membedakan antara yang hak dan batil, Tergantung pada tujuan akhir
- Dimana-mana tempat terdapat yang baik dan buruk
- Teve jangan dijadikan imam
- Kalau kita mau mendaki gunung dari bawah kita melihat sukar dan berat untuk didaki tetapi kalau kita berani memulai melangkah sedikit demi sedikit tak terasa kita sampai dipuncak
- Perlunya kesalehan sosial
- Sholat itu kebutuhan
Senin, 07 Oktober 2013
Inmemoriam SN.Ratmana
Saya
mengenal penulis novel sejara’Ketika Tembok Runtuh dan Bedil Bicara’ ini sekitar tahun 2006. Beliau, SN.
Ratmana beberapakali di undang ketua Forum Lingkar Pena ( Flp )Tegal saat itu, Mba
Sinta Yudisia, terkadang untuk acara formal yang melibatkan peserta non Flp terkadang
diundang khusus untuk memberi semangat calon-calon penulis yang tergabung di
Flp Tegal.
Suatu
hari, ketika saya tahu di Tegal ada kantor majalah pelajar ‘Kandela,
meluncurlah saya ke alamat Kandela. Sesampainya di sana, saya sangat senang,
bahagia karena di Kandela saya bertemu kembali dengan Pak Suci ( nama asli
beliau Ratmana Suciningrat )yang kala itu menjabat sebagai Dewan Pembina
majalah yang diterbitkan oleh Dewan Pendidikan Kota Tegal ini.
Karena
Kandela buka hanya sampai jam 14.00wib, sedang saya waktu itu masih berkerja di
toko besi, jadilah kalau saya ingin main ke Kandela untuk mengirim tulisan atau
bertanya-tanya tentang dunia literasi, sejarah Indonesia dari masa penjajahan
hingga era revolusi ke Pak Suci terpaksa saya harus bolos kerja.
Dari
sinilah saya terkadang berkunjung ke rumah beliau untuk sekedar curhat kalau
betapa susahnya menulis dan mengirimkan cerpen ke media. Pernah saya dipinjami
beliau buku terbaiknya, Ketika Tembok Runtuh dan Bedil Bicara. Ohya, mungkin
karena sudah sepuh, konon, beliau selektif menerima tamu dan harus ada janji
dahulu sebelumnya. Entah mengapa, kalau saya dan teman-teman Flp Tegal
berkunjung, beliau selalu welcome, menyambut seperti teman lama yang lama tak
bersua.
Di
awal tahun 2009, ketika Flp Tegal berusaha bangun dari tidurnya, Pak Suci
adalah penulis pertama yang mengisi open rekrutmen anggota baru. Kau tahu? Dari
open rekrutmen ini, Ali Irfan yang baru bergabung, dua minggu kemudian terpilih
menjadi ketua Flp Tegal. Alhamdulillah, pilihan kami tak meleset. Di tangan Ali
Irfan ( sekarang sekretaris Flp wilayah jateng ) Flp Tegal mulai unjuk gigi,
dikenal publik kota dan kabupaten Tegal.
Tahun
2010, ketika Flp Tegal bermaksud membuat buku kumpulan cerpen, Pak Suci dengan
senang hati menyanggupi ketika kami minta untuk memberi kata pengantar buku
berjudul ‘Akulah Pencuri Itu’. Di tahun
ini pula kami sepakat mengangkat Pak Suci menjadi Dewan Penasehat Flp Tegal
bersama Pak Gusni Darajatun.
Tahun
2011, Flp Tegal dipercayai Pak Suci untuk membantu menerbitkan naskah berisi
novelet Lolong dan kumpulan cerpen berjudul Lelaki Lansia. Alhamdulillah meski
melalui proses yang panjang, berliku, buku berjudul Lolong Lelaki Lansia terbit. Dan launchingnya menghadirkan Prof
Abu Suud dan sastrawan Kurnia Effendi. Kau tahu? Acara launching ini di liput
berbagai media termasuk Kompas dan Seputar Indonesia.
Waktu
terus bergulir, sesekali kami sering berkunjung ke rumah Pak Suci. Terakhir bulan Februari 2013. Di pertemuan terakhir
ini, Eyang kami, Bapak kami, Kyai kami, Guru kami terlihat begitu kurusnya.
Intonasi suaranya yang dulu semangat, semakin lirih tak terdengar.
Sebentar-bentar beliau ijin ke belakang untuk buang air besar. Mungkin karena
tak enak, Pak Suci meminta Bu Ita ( putri sulung beliau ) untuk gantian
menemani kami.
Jumat,
4 Oktober, sekitar jam 9 pagi, penulis
santun ini menghembuskan nafas terakhirnya. Selamat jalan Pak Suci, Selamat
jalan penulis santun dan halus perangai. Banyak doa dari kami. Semoga Allah
menyediakan Jannah untukmu. Amiin.
Kamis, 26 September 2013
Suatu Senja di Alun-alun Kota
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Saat
itu atas kesepakatan bersama, komunitas kepenulisan dimana aku bernaung, kompak
mengadakan pertemuan rutin setiap kamis sore di alun-alun kota. Berhubung aku
yang datang lebih dahulu, aku berhak memilih tempat sesuai keinginan. Entah
mengapa, tiba-tiba saja terlintas di benak betapa serunya berdiskusi tentang
cerpen, puisi, esai, dan lainnya dengan suguhan bajigur atau jahe susu spesial.
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
“
Assalamualaikum” ucapku sebelum memasuki kedai sederhana, menghadap air mancur
di tengah alun-alun. Kedai-kedai sederhana tersebut bermunculan ketika sore
mulai menampakan diri
“Walaikum
salam” jawabmu, sambil meletakan buku yang tengah kau baca
“Jahe
susunya sudah ada mas?” tanyaku kemudian
“Ada,
monggo pinarak Mba” jawabmu santun
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Aku
tak bisa menyembunyikan kegembiraan demi mendapati buku-buku karya penulis yang
aku idolakan ada di meja kecil, tempat pengunjung menikmati jahe susu atau bajigur.
“Wow...
panjenengan pembaca karya-karya HTR ya” kataku dengan mata yang mungkin
berkaca-kaca mendapati buku berjudul Bukavu, Ketika Mas Gagah Pergi dan Lelaki
Kabut dan Boneka
“Iya
mbak. Menurut saya, karya-karya HTR tidak hanya bagus tetapi juga menggerakan
pembaca untuk segera berbuat baik. Adik saya yang sekarang kelas tiga SMA malah
mengenakan jilbab setelah baca Ketika Mas Gagah Pergi. Mba suka karya HTR juga
to?” tanyamu kemudian. Aku menjawab dengan anggukan kepala.
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Mata
Ketiga Cinta karya HTR yang berisi puisi-puisi terbaik sastrawati kelahiran
Medan tersebut menenggelamkan kami dalam obrolan hangat dan panjang. Aku yang seharusnya senang saat tiba-tiba
Tia, Eri, Sinta, Nening datang, mendadak merutuki dalam hati kedatangan mereka
berempat
Setelah
menghantarkan jahe susu untuk Tia dan lain-lain, kamu kembali tenggelam dengan
buku yang tengah kau baca. Dalam intaianku, tak lupa kau menandai halaman yang
tengah kau baca dengan melipat kertas sebelum akhirnya melayani pembeli yang
mulai berdatangan ke kedaimu
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Aku
pikir setelah hampir menginjak
usia tiga puluh, pada bulan lalu ini rasanya seorang Kirana tak akan terserang virus merah jambu. Virus yang seharusnya datang saat usia
belasan. Tapi bukankah cinta itu
anugerah? Mungkin baru sekarang anugerah itu datang
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
“Mas
Danu, saya sedang menulis cerpen. Biar lebih nendang, boleh nggak bertanya pada
panjenengan , ya itung-itung riset
kecil-kecilan lah” tanyaku, masih di suatu senja di hari yang berbeda
“Boleh,
Mba Rana mau tanya apa?”jawabmu. Angin sore sejuk menyapa.
“Menurut
Mas Danu, aneh tidak kalau ada pasangan, tetapi usia perempuannya jauh lebih
matang”tanyaku hati-hati, takut terlihat mengada-ada
“Oalah..
itu toh pertanyaannya? Mba Rana pasti tahu dong usia Rasulallah dan Siti
Khadijah saat menikah”
“25
usia kanjeng nabi dan 40 usia Khadijah”
“Nah
itu Mba tahu. Mereka harmonis kan?” tanyamu, aku menganggukan kepala
“Yang
pentingkan kedua pihak tahu persis perannya sebagai suami isteri”
“Begitu
to Mas”
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Cintaku
untukmu makin meninggi, menggunung saat kau bertutur suatu hari, kau rela
meninggalkan bangku kuliah demi membiayai sekolah Fatimah dan Sekar Adikmu
setelah ayah kalian tutup usia. Bagiku kau tak sekedar berwajah indah, pasti
beruntung gadis yang kelak menjadi permaisurimu
“Mas
Danu boleh nanya lagi nggak?” tanyaku di kesempatan lain
“Pasti
untuk kepentingan cerita ya Mba:
“Yah
begitulah” kataku tak jujur
“Mau
nanya apalagi Mba Rana”
“Etis
nggak sih, kalau perempuan lebih dahulu menyatakan perasaannya terhadap
seseorang” tanyaku dengan intonasi setenang mungkin. Sebelum menjawab, kulihat
senyummu terkembang
“Sependek
pengetahuan saya, selain Khadijah, putri rasulullah Fatimah juga lebih
dahulu mengungkapkan keinginannya
menikah dengan Ali bin Abi Thalib
“Jadi
sah-sah saja ya kalau perempuan nembak duluan, maksud saya meminta dinikahi
seorang laki-laki”tanyaku memastikan.Kau menjawab dengan anggukan kepala
berkali-kali
“Mba
Rana, kalau cerpen atau novelnya jadi, boleh dong ikut baca” katamu sebelum aku
menyetater matic , dan menjauh dari kedaimu
“Sip
Mas. Assalamualaikum”kataku setengah berteriak
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Setelah
berhari-hari berlatih di depan cermin, aku membulatkan tekad agar hari ini,
senja ini, engkau tahu bahwa namamu telah menempati bilik paling istimewa di
hati. Bilik yang selama ini terbiar kosong. Harapku kau menyambut perasaanku
dengan rasa yang serupa. Inginku beberapa bulan setelah hari ini, kita menjadi
raja dan ratu sehari. Harapku...
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja
Tapi
harapanku hancur berkeping di bentur godam yang maha besar. Sesampainya di
kedaimu, kau tengah duduk rapat dengan perempuan cantik yang kemudian kau
kenalkan padaku sebagai isterimu.
“Dek ini lho, Mbak Kirana yang
sering Abang ceritakan. Yang suka nulis, yang suka buku-buku HTR, yang wajahnya
mirip sekali dengan mendiang Fatimah” katamu, diikuti uluran tangan dari
Cempaka.
“Tahu
nggak Mba Rana, Cempaka ini, kemarin menangis terharu saat hari lahirnya Saya
hadiahi puisi yang tak kutip dari buku Mata Ketiga Cinta”lanjutmu
Suatu
senja di alun-alun kota, tiba-tiba jantungku berdebar saat matamu, mataku, mata
kita bersitatap secara tak sengaja. Ternyata kau menatapku karena cinta seorang kakak pada adiknya yang
telah tiada
Sekuat
tenaga ku tahan agar bulir-bulir kristal tak luruh, jatuh di depan kalian.
Setelah berpamitan, dan melaju bersama matic kesayangan barulah tangisku benar-benar pecah
Keteterangan, HTR akronim dari Helvy Tiana Rosa,
Sastrawati angkatan 2000 pendiri komunitas kepenulisan bernama Forum
Lingkar Pena
Rabu, 25 September 2013
Tak Cukup Hanya Pintar
“Tumbas..” seru Fitri di depan
warung Om Tono
“Beli apa Fit?” tanya Om Tono
sambil meletakan buku yang sedang dibacanya di atas etalase
“Brownis satunya berapa Om”
“Satu potong seribu Fit”
“Beli dua deh” Fitri menyerahkan
selembar uang sepuluh ribuan
“Nggak berangkat sekolah Fit” tanya
Om Tono, ramah. Fitri menjawab dengan anggukan kepala
“ Kenapa nggak berangkat? Setahu Om
beberapa hari yang lalu kamu juga nggak ke sekolah. Nanti nggak rengking satu
lagi loh Fit” kata Om Tono lagi. TanganOm Tono yang kokoh menghitung uang untuk
kembalian.
“Nggak bakalan deh Om. Soalnya,
nilai- nilai Fitri saat UTS kemarin selalu
tertinggi” jawab Fitri tanpa bermaksud sombong
“Buat surat ijin nggak untuk Bu
Heni”tanya Om Tono. Fitri menggelengkan kepala.
“Waktu senin kemarin nggak masuk
sekolah, nggak bikin surat ijin juga?” cecar Om Tono. Lagi-lagi Fitri
menggelengkan kepala.
“Eh..Om kok nanya-nya macam- macam
kayak wartawan,uang kembaliannya mana?” ujar Fitri sedikit kesal. Om Tono
menyerahkan empat lembar uang dua ribuan dengan tersenyum.
Meski semenjak dua tahun lalu
menjadi yatim dan ibunya sibuk berangkat kerja pagi-pagi sekali sehingga tak
begitu memperhatikan anak semata wayangnya.
Fitri tumbuh menjadi anak yang pintar. Dari kelas satu hingga kelas
empat Fitri selalu rengking pertama.
Mulanya Fitri anak yang rajin dan jarang sekali bolos sekolah. Kalaupun
terpaksa bolos, biasanya kalau sedang demam tinggi. Maklum dari kelas satu sampai
kelas empat, guru- gurunya terlihat galak sehingga Fitri
segan. Berbeda dengan Bu Heni wali kelasnya sekarang. Selain cantik, Bu Heni
yang berkerudung itu selalu terlihat lembut dan tak bisa marah. Mungkin karena
nilai- nilai Fitri bagus, Bu Heni diam saja ketika dirinya bolos sekolah
beberapa hari yang lalu.
Fitri sangat senang
karena nilai ujian kenaikan kelas semuanya
memuaskan. Sebagian menduduki nilai tertinggi sebagian lagi berada di bawah
posisi Nesa. Fitri tambah yakin posisinya sebagai bintang kelas tak bisa digusur
oleh siapapun, termasuk Nesa.
Seminggu setelah UAS, tibalah saat-
saat mendebarkan. Saat menerima buku raport.
Semua wajah penghuni kelas lima SD
Budi Pekerti terlihat tegang begitu Bu Heni muncul di kelas.
Setelah berdoa bersama, Bu Heni
berujar “ Selamat pagi anak- anak”
“Pagi Bu..”
“Anak- anak semua, Ibu sangat
senang sekali. Nilai- nilai kalian mengalami banyak kemajuan dibanding saat
kelas empat. Almamdulillah. Oke, sebelum
rapor Ibu bagikan, terlebih dahulu Ibu bacakan peringkat satu sampai peringkat
tiga
Suasana kelas hening sejenak.Sinar
hangat disertai angin menerobos dari pintu dan jendela kelas yang sengaja
dibuka.
“Anak- anakku, peringkat satu sampai tiga kelas ini, nama-
namanya persis saat kalian kelas empat. Hanya saja susunannya yang berubah” lanjut Bu Heni lagi.
Jantung Fitri berdetak lebih
kencang. Karena dicekam rasa penasaran. Fitri tertunduk lesu begitu mengetahui
peringkat pertama kali ini diraih oleh Nesa.
“Sebenarnya, nilai rata- rata Fitri
dan Nesa sama persis. Hanya saja karena Fitri pernah tak masuk sekolah tanpa
memberi keterangan, maka peringkat satu untuk kelas ini, Ibu berikan kepada
Nesa. Ibu mau kalian tak hanya pintar, tetapi belajar berdisiplin dan menaati
peraturan.
Meski sedih tak menjadi bintang
kelas, Fitri tak lupa menyalami dan memberi Nesa ucapan selamat. Di kelas enam
nanti, Fitri berjanji tak akan bolos lagi, kalau tak masuk sekolah akan membuat
surat ijin.
NB. Dimuat di Radar Bojonegoro, minggu 15 Sept 2013. emailnya kenalyan@yahoo.co.id
Kalau cerpen dimuat, fee-nya berupa kaos yang keren pake banget.
Minggu, 15 September 2013
Dimuat di tabloid Seputar Tegal
Puisi-puisi Sutono Adiwerna
Subuh belum menampakan diri
Ku ayun langkah
Mengusir dingin
Menghalau kantuk
Untuk suami untuk anakku
Meski tubuh ini kan remuk
Begelut dengan daun teh
Bertempur dengan lem perekat, dengan kertas pembungkus
Melawan keringat demi keringat
Yang tak lagi wangi
Subuh belum datang menjelang
Ku ayun langkah
Mengusir dingin
Demi tak kudengar lagi si buyung
Sepatunya minta diganti karena bolong
Padahal lelakiku hanya pengayuh becak
Subuh belum memunculkan sosoknya
Kuseret kakiku
Melawan resah
Apakah rezkiku berkah
Setiap subuh kutak menghadap-Nya
Setiap dhuhur kutak menemui-Nya
Ah....kapan aku bisa
Selalu datang
Ketika kudengar seruan-Nya
Rumah Cinta
Ini rumah kita, cinta
Tempat menabur ide
Merangkai kata
Menggelorakan cerita
Ini rumah kita, cinta
Kadang sepi menjelma
Tak jarang riuh menyapa
Datang pergi itu biasa
Ini rumah kita, cinta
Cahyanya kadang redup
Kadang benderang
Semoga tak lekas padam
Sabtu, 14 September 2013
Bukan Review, Tetap Saja Kusebut Dia Cinta
Bukan
Review, Tetap Saja Kusebut ( Dia ) Cinta
Judul Buku : Tetap saja kusebut (dia ) cinta
Penulis
: Tasaro GK
Penerbit
: Qanita, Mizan, 2013-09-15
Harga
Buku : 69.000
Prolog
Tahun 2006-an saat saya mulai
belajar menulis di FLP Tegal, buku yang pertama saya beli di toko buku adalah
novel berjudul Wandu, berhentilah jadi pengecut. Karena terkesan, saya pun
meminjamkan novel tersebut kepada dua
motivator menulis saya di Flp Tegal yakni mba Sinta Yudisia ( ketua Flp Tegal
kala itu ) dan Gilang Satria Perdana (
meski masih SMP, cerpen dan tulisannya telah menghiasi koran Radar Tegal dan
majalah Kandela ). Kami bertiga kompak menyukai detail Tasaro dalam menciptakan
karakter, alur dan setting. Lucunya kami juga tak suka ending novel pemenang
lomba tingkat nasional yang diselenggarakan Flp Pusat ini, karena endingnya
terlalu mengambang.
Setelah Wandu, buku Tasaro lain
yang mempunya kesan mendalam bagi saya adalah, buku diary pernikahannya yang
berjudul Ilove you honey, ini wajah cintaku. Membaca buku ini, membuat semangat
menulis saya yang hampir padam menyala kembali. Maklum di buku ini Tasaro
menulis juga proses kreatif dia saat menulis novel pertamanya, Wandu. Ternyata novel Wandu di ketik pakai komputer
kantor, terkadang di rental komputer, tak jarang juga ditulis terlebih dahulu
di sembarang kertas.
Dan bagi saya pribadi, master
piece penulis novel Muhamad, Nibiru dan Sewindu
tak lain dan tak bukan Galaksi Kinanthi. Mungkin karena Tasaro berhasil
membangun seting akhir tahun 80-an (
Sandiwara Saur Sepuh, Radio Transistor, berburu kepiting/yu-yu, mencari
ubur-ubur ). Mungkin juga karena
keberhasilan Tasaro dalam menjaga alur dan konflik dari awal hingga akhir (
meski saya tak begitu suka juga dengan endingnya )
Bukan Review
Namanya
juga bukan review, maka baru kali ini saya mengulas sedikit tentang buku TSKDC.
Buku terbitan Qanita, Mizan ini berisi 9 tulisan yang menurut saya beruntung
bisa karena membacanya . Ada Puisi
dan Kagem Ibuk yang berhasil membuat
mata saya memanas, berkaca-kaca. Puisi, mengisahkan tentang Aryati yang
memendam cintanya selama 50 tahun. Kagem Ibuk, mengisahakan ketegaran,
kebersahajaan, kekuatan Ibunda sang penulis. Sebenarnya tulisan ini, pernah
saya baca di antologi Tribute to Mom. Tapi di TSKDC ditulis ulang dengan lebih
indah, sempurna. Bedanya lagi, kalau di tribute to mom, si ibuk masih ada, di
TSKDC si ibuk telah tiada.
Berikutnya tulisan bertajuk Atarih. Meski tak tersurat, saya tahu
persis siapa Atarih yang yang dimaksud dalam buku ini. Saat nama Atarih
mengemuka, dihujat karena bersiteru dengan seorang blogger, justeru Tasaro
tengah bersama Atarih, mengisi pelatihan kepenulisan ke pelajar di Singapura.
Membaca tulisan ini, saya mendapat nasihat , motivasi untuk terus belajar,
berkembang.
Ada banyak kisah bagus lainnya.
Sayangnya, Tasaro menyertakan tulisan berjudul Bukan Malaikat Rehat. Di tulisan
ini, menurut saya nggak Tasaro banget, karena betaburan istilah seperti akhi,
antum, tarbiyah, ukhti, liqa dll. Its Ok lah kalau yang menulis penuls lain.
Kalau Tasaro? Saya tebak mungkin tulisan ini dibuat saat buku kumcer dan novel semacam
ini i laris seperti kacang goreng.
Tuhan Nggak Pernah Iseng, saya
tahu persis ini ditulis ulang dari novel Wandu,
ada juga tulisan berjudul Galeri dan Tetap Saja Kusebut dia Cinta yang
membuat mata saya memanas, terharu.
Membaca buku ini saya memetik
pelajaran, siapa bilang kumpulan cerita tak dilirik penerbit mayor? Asal kita
sudah punya brand dan tentu saja bisa menulis dengan bagus dan baik, tidak ada yang tidak mungkin. Maka
menulislah, tak ada sia-sia dengan apa kita tulis hari ini.
Nilai plus lain buku ini,
kertasnya luks, berwarna, dihiasi lukisan-lukisan karya Dedha Gora Hadiwidjaya.
Selamat Membaca.
NB, tak sengaja
membuka buku Keiklasan Cinta Diana, ( Diana Roswita Dkk ) ternyata Tasaro milad
bulan september. Ini Sekalian hadiah kecil, meski terlambat, semoga berkenan )
Senin, 09 September 2013
Bahagia Karena Memberi
Laras berlari kecil. Bibir mungilnya bersenandung,
sementara tangan kanannya memegang erat uang di saku, agar uang tersebu tak terjatuh. Rambutnya yang hitam, lurus, sebahu
dikucir dua, bergoyang-goyang
ke atas, ke bawah seperti burung merpati sedang mematuk biji- bijian.
Pagi
ini , Seharusnya Laras akan
ke toko buku yang ada di komplek Ruko Slawi
Indah bersama bundanya. Tetapi batal karena lima belas menit sebelum berangkat,
bundanya yang bekerja sebagai bidan desa harus
membantu persalinan Bu Ratna. Mau tak mau Laras sendirian menuju
toko buku yang letaknya tak jauh dari rumah dan bisa ditempuh selama 15 menit
dengan berjalan kaki.
Lari kecil Laras terhenti ketika mendapati seorang
anak kecil, terdunduk lesu di pojokan sebuah toko kelontong. Matanya sembab
karena habis menangis.
Laras
sebenarnya malas menghampiri. Selain takut keburu siang, anak kecil yang habis
menangis adalah adik Santo teman sekelasnya. Laras tak suka dengan Santo,
karena semester ini peringkat satu di kelas jatuh kepada anak penjual kue basah
di depan kantin sekolah padahal sejak kelas satu hingga sekarang kelas lima tak
ada bisa merebut posisinya sebagai bintang kelas. Ohya Santo dan Sinta adalah
murid baru di sekolah Laras.
"Sinta kenapa? Kok nangis?" tegur Laras
kemudian.
"Kak Laras?"ujar Sinta dengan nada
memastikan. Laras menganggukan kepala berkali- kali
"Ada apa Sin" tanya Laras lagi
"Engg..Anu kak,
tadi Sinta di suruh Ibu beli beras sekilo. Tapi berhubung warung Bu Ratna
tutup, Sinta langsung kesini. Tapi...begitu mau membayar beras yang sudah
dibungkuskan, uang Sinta ternyata enggak ada. Uang Sinta hilang Kak"
tangis Sinta kembali pecah. Laras mengelus- elus pundak Sinta agar tangisnya
mereda.
"Sinta sudah usaha mencari?"
"Sudah Kak. Sinta sudah bolak- balik, tapi
uangnya enggak ketemu juga"
Setelah berpikir, berhitung Laras berkata
"Kebetulah Kakak punya uang lebih, sepuluh ribu rupiah, pakailah. Jangan
nangis lagi ya"bujuk Laras
"Terimakasih Kak" ucap Sinta dengan mata
berkaca- kaca
Toko Media Imu nampak ramai. Area
parkir yang letaknya persis di halaman toko, di padati oleh motor dan sepeda
para pengunjung. Setelah berbasa- basi dengan pramuniaga, Laras bergegas menuju
lantai dua tempat dimana buku, novel, dan majalah khusus untuk anak di pajang.
Mata gadis kecil yang duduk di kelas lima SD itu menyapu segala sudut ruangan
lantai dua dan berharap buku cerita yang minggu kemarin ia baca resensinya di
majalah anak- anak itu ada.
"Yes" seru Laras begitu melihat buku
berjudul Gadis Korek Api dengan sampul berwarna cokelat terpajang indah di rak
bertuliskan Bestseller. Tentu saja hal ini membuat Laras menjadi pusat
perhatian pengunjung lain yang sebagian besar seumuran dengannya.
Setelah mengambil buku karangan HC Andersen itu, Laras
dengan riang menuju meja kasir.
"Berapa saya harus bayar Mba" tanya Laras.
"Empat puluh ribu, lima ratus Dek" jawab
pramuniaga
Laras merogoh saku bajunya. Betapa terkejutnya Laras
karena yang tersisa di kantong bajunya justeru uang sepuluh ribuan. Rupanya Laras
salah kasih. Uang yang seharusnya untuk membeli buku telah ia berikan ke Sinta.
"Mba, saya minta maaf. Karena terburu- buru, saya
lupa membawa uang. Kalau besok saya kesini lagi bagaimana mba? Soalnya saya
pengin sekali punya buku Gadis Korek Api" ujar Laras tak enak hati.
“Iya Dek. Insyaallah” jawab Pramuniaga. Untungnya
pramuniaga sudah mengenal wajah Laras sehingga tidak marah meski dirinya tak
jadi membeli.
Dengan langkah tergesa Laras meninggalkan toko buku.
Ketika sampai di toko kelontong, langkah Laras di hentikan oleh panggilan anak
kecil. Rupanya Sinta bersama kakaknya Santo sudah menunggunya."Mungkin
mereka hendak mengembalikan uang" kata Laras dalam hati
"Kak Laras makasih atas kebaikannya ya. Karena
berkat Kakak, kami bisa beli beras dan obat
demam buat ibu. Bahkan lebihnya bisa buat beli buku tulis Kak Santo yang
kebetulan habis. Ya kan Kak?" ujar Sinta
Ternyata Bu
Rahmi sedang sakit, pantas saja beberapa hari terakhir tak berjualan, padahal
aku lagi suka sekali kue pisang molen buatan ibunya Santo ini.
Ujar laras dalam hati
"Makasih ya Ras. Semoga Allah membalas kebaikanmu
hari ini pada kami" Ujar Santo tulus
“Amiin.” Jawab Laras. Mendengar uang tersebut sudah
terpakai, Laras sejujurnya kecewa tapi
demi melihat kedua kakak adik itu terlihat
bahagia dan berbinar-binar, kekecewaaan itu menguap entah kemana. Laras mengurungkan niatnya meminta kembali uang
pemberiannya. Dalam hati, Laras membenarkan kata- kata bundanya, sebelum dirinya menuju toko buku “Menerima itu, menyenangkan tetapi
memberi lebih membahagiakan. Sabda Rasulullah Muhamad Saw, Tangan di atas Lebih Baik Daripada Tangan di
Bawah”
Langganan:
Postingan (Atom)
Anak Suamiku
Anak Suamiku : KBMAPP | sutono_adiwerna
-
Judul Buku : Cinta Laki-Laki Biasa Pengarang : Asma Nadia dkk Penerbit : Asma Nadia Publishing...
-
Jujur Untuk Selamanya Oleh Sutono Adiwerna Sudah tiga bulan ini, ayah Nino membuka kios buah di depan rumah. Mula-mula...
-
Judul buku : Sahabat Sejatiku Penulis : Farras Salsabila Penerbit : Tiga Ananda, Tiga Serangkai Solo Tahun Terbit : April 2013 Tebal : 8...
-
Judul Buku : My Sweet Heart Penulis : Amira Budi Mutiara Penerbit : Dar Mizan Anak ( KKPK ) Cetakan : Pertama Februari 2009 ...
-
Jumat malam, saya belum mendapatkan materi apa yang akan disampaikan saat kelas menulis di SDIT BIAS nanti. Malam itu, saya iseng beres bere...
-
Mereka meninggal di usia yang muda. Meski telah tiada karya mereka masih teringat bahkan ada yang sampai sekarang mempunyai Fans Page yang m...
-
1. Setting TK tempat Ade Irma Suryani. Saat Ade Irma dkk bermain, latar lagunya Lihat kebunku . Lihat Kebunku penuh dengan bunga...
-
Judul buku : Di bawah naungan cahaya-Mu Penulis : Desi Puspitasari Tahun terbit : September 2007 Tebal buku : 192 halaman Harga : ...
-
Baru baru ini, di kelas menulis SDIT Usamah Tegal, saya meminta murid2 untuk mencurahkan isi hati dalam sepucuk surat. Mau tahu isinya..? 1...
-
Rasa pertama ketika Bu Endah akan mengajar Bahasa Inggris di kelas kami, 3 IPS 4 adalah gemetar. Pertama karena bahasa Inggrisku memang anc...